HAKIKAT GEOGRAFI
Dalam filsafat ilmu pengetahuan
ditegaskan bahwa suatu pengetahuan yang sistematis disebut ilmu
pengetahuan bila memiliki sekurang-kurangnya tiga aspek, yaitu aspek
ontologis, aspek epistemologis dan aspek aksiologis atau aspek
fungsional. Hakikat Geografi sebagai ilmu pengetahuan dapat ditelusuri
melalui kaitan bagian permukaan bumi dengan kehidupan manusia.
1.
Aspek Ontologis
Aspek ontologis suatu disiplin ilmu
pengetahuan menghendaki adanya rumusan (batasan) mengenai obyek studi
yang jelas dan tegas sehingga menunjukkan perbedaan dengan bidang-bidang
ilmu pengetahuan lainnya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli,
Geografi merupakan studi tentang :
(1) Bentangan atau landskap.
(2)
Tempat-tempat (jenis, Lukerman).
(3) Ruang, khususnya yang ada pada
permukaan bumi (E. Kant).
(4) Pengaruh tertentu dari lingkungan alam
kepada manusia (Houston, Martin).
(5) Pola-pola ruang yang beraneka
ragam (Robinson, Lindberg, dan Brinkman).
(6) Perbedaan wilayah dan
integrasi wilayah (Hartshorne).
(7) Proses-proses lingkungan dan
pola-pola yang dihasilkannya (Barlow-Newton).
( Lokasi, distribusi, interdependensi, dan interaksi dalam
ruang (Lukerman).
(9) Kombinasi atau paduan, konfigurasi
gejala-gejala pada permukaan bumi
(Minshull).
(10) Sistem
manusia-lingkungan.
(11) Sistem manusia-bumi (Berry).
(12) Saling
hubungan di dalam ekosistem (Morgan, Moss).
(13) Ekologi manusia.
(14)
Kebedaan areal dari paduan gejala-gejala pada permukaan bumi
(Hartskorus).
Ini berarti bahwa aspek ontologis geografi mencakup
interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi
(space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia. Pengertian bagian
permukaan bumi itu mencakup juga lingkungan fauna, flora, dan biosfer.
Unsur ruang atau wilayah atau tempat itulah yang menjadi perhatian
geografi sejak dulu. Tidak ada disiplin ilmu lain yang memperhatikan
fakta tentang ruang, yang justru penting sebagai tempat dari aneka ragam
gejala dan kejadian di permukaan bumi kita ini. Geografi memperhatikan
ruang (space) dari sudut pandangan wilayah “an sich” dan bukan dari
sudut pandangan gejala-gejala yang terhimpun di dalamnya. Hal tersebut
yang membedakan geografi dari ilmu-ilmu lain. Maka analisis tentang
“area yang kompleks” merupakan bagian perhatian utama dari geografi.
Pada
hakikatnya, Geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan, selalu melihat
keseluruhan gejala dalam ruang dengan memperhatikan secara mendalam tiap
aspek yang menjadi komponen tiap aspek tadi. Geografi sebagai satu
kesatuan studi (unified geography), melihat satu kesatuan komponen
alamiah dengan komponen insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi,
dengan mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi
keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala—interaksi—integrasi
keruangan, menjadi hakekat kerangka kerja utama pada Geografi dan Studi
Geografi (Sumaatmadja).
Dalam perkembangannya, dengan obyek studi
geografi tersebut melahirkan ilmu pengetahuan Geografi Fisis (Physical
Geography), Geografi Manusia (Human Geography), dan Geografi Regional
(Regional Geography); dengan berbagai anak cabangnya masing-masing.
2.
Aspek Epistemologis
Aspek epistemologis (metodologis,
pendekatan) geografi sejalan dengan aspek epistemologis ilmu pada
umumnya, yaitu penggunaan metodologi ilmiah dengan pemikiran deduktif,
pendekatan hipotesis, serta penelaahan induktif terutama di dalam tahap
verifikasi. Pendekatan deduktif analisis geografi bertitik tolak dari
pengamatan secara umum, yaitu dari postulat, dalil atau premis yang
dianggap sudah diakui secara umum. Kemudian dari hasil pengamatan secara
umum ini diambil kesimpulan secara khusus (reasoning from the general
to the particular). Pola pendekatan induksi-empiris berpangkal tolak
dari pengamatan dan pengkajian yang bersifat khusus, berdasarkan fakta
dari gejala yang diamati dan dari sini diambil suatu kesimpulan secara
umum (reasoning from the particular to the general). Dengan metode
induksi-empiris saja, maka hukum-hukum, dalil-dalil dan teori-teori
geografi hanya berlaku di suatu tempat dan waktu-waktu tertentu, sebab
hukum, dalil maupun teori geografi sangat tergantung pada kondisi
lingkungan setempat. Untuk menjembatani kedua pendekatan yang berbeda
ini geografi menggunakan metode pendekatan reflective thingking; yaitu
menggunakan atau menggabungkan pendekatan dedukif dan induktif secara
hilir-mudik dalam penelitian geografi.
Terdapat tiga macam cara untuk
menyelidiki realita pada permukaan bumi (menurut Kant, Hettner,
Hartshorne):
a. Secara sistematis; yaitu mencari
penggolongan, ketegori, kesamaan dan keadaan dari gejala-gejala yang
ada pada permukaan bumi. Terjadilah ilmu-ilmu seperti biologi, fisika,
kimia (tergolong ilmu-ilmu pengetahuan alam), dan ilmu-ilmu seperti
sosiologi, psikologi, ekonomi, politik (tergolong ilmu-ilmu pengetahuan
sosial).
b. Secara kronologis (chronos = waktu);
yaitu menyelidiki gejala-gejala pada permukaan bumi dalam urutan-urutan
waktu (palaeontologi, arkeologi, sejarah).
c. Secara
korologis (choora = wilayah); yaitu menyelidiki gejala-gejala
dalam hubungannya dengan ruang bumi (geografi, geofisika, astronomi).
Dari
ketiga macam pendekatan tersebut, ilmu geografi menggunakan
(mengutamakan) pendekatan korologis. Penggunaan peta adalah wujud dari
pendekatan korologis ini. Sehingga ada ahli geografi yang berkata,
“Geografer adalah orang yang bekerja dengan peta untuk menghasilkan
peta.”
Orang yang berkecimpung dalam bidang geografi,
sekurang-kurangnya harus melakukan dua jenis pendekatan, yaitu yang
berlaku pada sistem keruangan [korologis] dan yang berlaku pada ekologi
atau ekosystem. Bahkan untuk mengkaji perkembangan dan dinamika suatu
gejala dan atau suatu masalah, harus pula menggunakan pendekatan
historis atau pendekatan kronologis (Sumaatmadja, 1981).
3. Aspek
Aksiologis
Adapun aspek aksiologi geografi adalah mengikuti
pendekatan fungsional untuk kesejahteraan manusia. Keterlibatan
geografi dengan aspek-aspek bidang studinya tersebut membuatnya menjadi
cabang ilmu yang berfungsi menjelaskan, meramal, dan mengontrol yang
diaplikasikan ke dalam Perencanaan dan Pengembangan wilayah. Aspek
aksiologi ilmu pengetahuan geografi ini melahirkan Geografi Terapan.
a.
Menjelaskan
Geografi harus dapat memberikan
penjelasan tentang gejala-gejala obyek studinya. Fungsi menjelaskan
memungkinkan orang akan mengerti akan gejala-gejala, bagaimana adanya
(deskriptif) dan terjadinya serta mengapa itu terjadi (analisis
kausalitas). Penalaran dengan logika deduktif dan induktif merupakan
sarana dalam memberikan penjelasan itu. Penjelasan itu dapat dilakukan
secara kualitatif dan secara kuantitatif. Sistem Informasi Geografis
(SIG atau GIS = Geographic Information System) adalah inplikasi dari
fungsi-fungsi menjelaskan data dari gejala geografis.
b. Meramal
Geografi
harus dapat meramal (memprediksi) gejala-gejala yang mungkin akan
terjadi ke depan. Fungsi meramal ini bertolak dari penjelasan yang telah
diberikan dan yang melahirkan pengertian pada orang lain. Dengan
pengertian itu orang dapat berbuat sesuatu, memanfaatkan gejala,
menghindarinya, mencegah terjadinya atau pun mengurangi ekses yang
mungkin merugikan sebagai akibat terjadinya gejala itu. Dengan
pengertian ini, orang juga bisa membayangkan apa kira-kira yang akan
terjadi apabila suatu gejala tertentu muncul.
c. Mengontrol
Geografi
harus dapat mengontrol gejala-gejala. Ramalan dalam geografi, seperti
juga dalam disiplin ilmu yang lainnya, memberikan stimuli bagi seseorang
untuk mengambil inisiatif atau pun mempertimbangkan berbagai
alternatif. Karena ramalan itu juga orang dapat mengatur segala sesuatu
untuk mendorong terjadinya, menyambutnya, menghindarinya, mencegahnya,
atau pun mengatasinya.
Dengan hakekat demikian, maka geografi
berperan untuk penyebaran efektif, pemanfaatan potensi sumberdaya, dan
perbaikan lingkungan dengan segala dampaknya. Gerakan perbaikan
kependudukan dan lingkungan hidup adalah salah satu manifestasi dari
fungsi mengontrol untuk menghindari, mencegah atau mengatasi masalah
yang sedang dan akan di hadapi di muka planet bumi ini. Demikian juga
dengan penerapan pendekatan geografi dalam perencanaan dan pengembangan
wilayah.
Aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis geografi
seperti ini mempermudah geografi membatasi dirinya sendiri dalam lingkup
yang jelas.
Apabila ada yang membedakan ilmu dan pengetahuan
menjadi kelompok ilmu-ilmu pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan
sosial, maka kedudukan geografi adalah menjembatani kedua kelompok ilmu
tersebut. Kalau “semua” gejala pada permukaan bumi telah dipilih dan
ditekuni oleh berbagai disiplin ilmu (selain Geografi), maka tempat atau
ruang atau area di mana segala kejadian dan gejala itu terhimpun, tetap
tidak menjadi perhatian ilmu-ilmu tersebut.
Untuk menuju
geografi terpadu (unifying geography) perlu ditegaskan komponen
inti Geografi. Matthews, et al., (2004) mengusulkan empat
komponen inti Geografi : ruang (space), tempat (place),
lingkungan (environment) dan peta (maps).
Ruang
menjadi satu konsep dalam inti geografi, yang dapat dipandang sebagai
pendekatan spasial-korologikal untuk Geografi. Ruang juga mendominasi
Geografi setiap waktu, ketika analisis spatial menjadi satu
pendeskripsi untuk satu bentuk dari pekerjaan geografis. Pola spasial
umumnya menjadi titik awal untuk kajian geografis; yang selanjutnya
dapat dilacak proses perubahan secara spasial dan sistem spasial.
Tempat
merupakan komponen kedua dalam inti geografi. Tempat terkait dengan
kosep teritorial dalam Geografi dan menunjukkan karakteristik,
kemelimpahan dan batas. Tempat merupakan bagian dari dunia nyata tempat
manusia bertem dan dapat dikenali, dinterpretasi dan dikelola. Dalam
ahli geografi manusia tempat merupakan refleksi dari identitas idividu
maupun kelompok; sedang bagi ahli geografi fisik tempat tempat merupakan
refleksi dari perbedaan lingkungan biofisik.
Lingkungan
merupakan komponen inti Geografi ketiga yang mencakup lingkungan alami
(topografi, iklim, air, biota, tanah) dan sebagai komponen inti yang
memadukan dengan komponen geografi lainnya. Lingkungan menjadi interface
antara lingkungan alam dan budaya, lahan dan kehidupan, penduduk dan
lingkungan biofisikalnya.
Peta sebagai komponen
inti Geografi keempat lebih merupakan bentuk representasi, tehnik dan
metodologi dari pada sebagai satu konsep atau teori. Peta dipandang
sebagai pernyerhanaan perpektif spasial dari fenomena/peristiwa yang
dikaji dalam Geografi.
Ruang, tempat, lingkungan dan peta
menjadi label dari Geografi. Komponen tersebut mempunyai kedudukan yang
sama dalam kajian Geografi, baik dalam kajian Geografi Fisik maupun
Geografi Manusia. Demikian juga dapat menjadi dasar konsep untuk
disiplin Geografi secara utuh.
Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam
uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa
geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep
itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki
struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak
hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi
juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia
sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi
meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam
organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan
manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya,
perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu
melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam
ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu
mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang
membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala –
interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka
kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan
geografi.
Hakikat
Geografi
Pengertian geografi memunculkan penafsiran yang
berbeda-beda sehingga menimbulkan kesan yang berbeda-beda pula. Menurut
Karl Ritter, geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia.
Sebagai tempat tinggal manusia, bumi memiliki struktur dan pola yang
terbentuk karena pengaruh aktivitas manusia.Agar pengertian geografi
tidak terlalu meluas, adanya hakikat geografi dapat dijadikan sebagai
batasan.
Terdapat 6 hakikat
dari geografi, yaitu sebagai berikut.
Geografi
sebagai ilmu pengetahuan bio-fisik. Hakikat ini berlaku apabila yang
dipelajari atau dibahas adalah geografi fisik dan geografi biotik yang
menjadi dasar telaah atas seluk beluk tanah.
Geografi
sebagai relasi timbal balik antara manusia dan alam. Hakikat ini berlaku
apabila yang dikaji adalah topik-topik sosial, contohnya pengangguran,
migrasi, dan kelaparan.
Geografi sebagai ekologi
manusia. Di dalam hakikat ini yang dipelajari atau dibahas (ditelaah)
adalah adaptasi manusia terhadap lingkungan hidupnya. Manusia tidak
hanya dianggap dan diakui sebagai makhluk dari dunia fisik-biotik,
tetapi juga sebagai suatu kekuatan. Setiap masyarakat memiliki kemampuan
dan cara-cara adaptasi yang diwariskan secara turun-temurun dan selalu
dikembangkan. Akan tetapi, ekologi manusia lebih mengutamakan relasi
manusia dengan lingkungannya dan kurang memperhatikan adanya hubungan
antarwilayah.
Geografi sebagai telaah bentang alam. Di
dalam hakikat ini geografi menelaah tentang geomorfologi permukaan bumi
sehingga dapat diketahui adanya persamaan dan perbedaan
bentuk-bentuknya.
Geografi sebagai telaah tentang
sebaran gejala alam dan sosial. Di dalam hakikat ini geografi menelaah
gejala dan fenomena yang terjadi di mana-mana. Oleh karena gejala dan
fenomena tersebut terjadi di mana-mana dan berbeda-beda, maka teknik
penelaahan yang dilakukan pun berbeda-beda pula.
Geografi
sebagai teori tentang ruang bumi. Di dalam hakikat ini yang dibahas
adalah kemampuan adaptasi manusia di dalam berperilaku sesuai dengan
ruang keberadaannya.
Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan
dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi
mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu,
sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki
struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada
permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga
wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia
sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala
fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam
anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala
organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya,
interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam
konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan
secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor
alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk
integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi-
interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama
geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan
dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari
bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat
tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan
proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada
permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah
permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu
penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala
fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam
anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik
dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya,
interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam
konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara
seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan
faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi
keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi –
integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi.
Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
Rasional
Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan dalam segala
perwujudan makna: hidup sepanjang hayat, dan dorongan peningkatan
kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia
memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang
menekankan pada aspek-aspek spasial eksistensi manusia, agar manusia
memahami karakteristik dunianya dan tempat hidupnya.
Bidang kajian geografi meliputi muka bumi dan proses-proses yang
membentuknya, hubungan antara manusia dengan lingkungan, serta
pertalian antara manusia dengan tempat-tempat. Sebagai suatu disiplin
integratif, geografi memadukan dimensi-dimensi alam dan manusia di
dunia, dalam menelaah manusia, tempat-tempat, dan lingkungannya.
Mata pelajaran Geografi mengembangkan pemahaman siswa tentang
organisasi spasial, masyarakat, tempat-tempat, dan lingkungan pada
muka bumi. Siswa didorong untuk memahami proses-proses fisik yang
membentuk pola-pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial
ekologis di muka bumi, sehingga diharapkan siswa dapat memahami
bahwa manusia menciptakan wilayah (region) untuk menyederhanakan
kompleksitas muka bumi. Selain itu, siswa dimotivasi secara aktif untuk
menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi
manusia tentang tempat-tempat dan wilayah. Dengan demikian siswa
diharapkan bangga akan warisan budaya dengan memiliki kepedulian
kepada keadilan sosial, proses-proses demokratis dan kelestarian
ekologis, yang pada gilirannya dapat mendorong siswa untuk
meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungannya pada masa kini dan
masa depan.
Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata
pelajaran Geografi, diharapkan membentuk siswa yang mampu
6
Geografi
mengembangkan darma baktinya untuk menjalin kerjasama dan
mengurangi konflik, sehingga siswa dapat bertindak secara sosial, spasial
dan ekologis serta bertanggung jawab, sebagai bekal hidupnya di
masyarakat dalam menghadapi fenomena lingkungan yang makin
terancam dan perekonomian global yang semakin kompetitif serta saling
bertautan.
B. Pengertian
Geografi mengkaji tentang aspek ruang dan tempat pada berbagai skala
di muka bumi. Penekanan bahan kajiannya adalah gejala-gejala alam
dan kehidupan yang membentuk lingkungan dunia dan tempat-tempat.
Gejala alam dan kehidupan itu dapat dipandang sebagai hasil dari proses
alam yang terjadi di bumi, atau sebagai kegiatan yang dapat memberi
dampak kepada mahluk hidup yang tinggal di atas permukaan bumi.
Untuk menjelaskan pola-pola gejala geografis yang terbentuk, dan
mempertajam maknanya, disajikan dalam bentuk deskripsi, peta dan
tampilan geografis lainnya.
C. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
Fungsi pelajaran Geografi adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan
proses yang berkaitan.
b. Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data
dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan
pengetahuan geografi.
c. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian terhadap
lingkungan hidup dan sumber daya serta toleransi terhadap
keragaman sosial-budaya masyarakat.
2. Tujuan
Tujuan pembelajaran Geografi meliputi ketiga aspek sebagai
berikut:
7
Pendahuluan
Pengetahuan:
a. Mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan
pola keruangan dan proses-prosesnya.
b. Mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang dan
keterbatasannya untuk dimanfaatkan.
c. Mengembangkan konsep dasar geografi yang berhubungan
dengan lingkungan sekitar, dan wilayah negara/dunia.
Keterampilan:
a. Mengembangkan keterampilan mengamati lingkungan fisik,
lingkungan sosial dan lingkungan binaan.
b. Mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data
dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek keruangan.
c. Mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan
dan hasil-hasil dari interaksi berbagai gejala geografis.
Sikap:
a. Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan fenomena
geografi yang terjadi di lingkungan sekitar.
b. Mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab
terhadap kualitas lingkungan hidup.
c. Mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam
pemanfaatan sumber daya.
d. Mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan sosial dan
budaya.
e. Mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa.
HAKIKAT GEOGRAFI
1. Pengertian Geografi.
Hasil
Simlok IGI bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dari sudut
pandang kelingkungan atau
kewilayahan dalam konteks keruangan.
2. Ruang Lingkup Geografi.
Studi geografi selalu
menganalisis gejala manusia dan gejala alam dari segi lokasi dan
persebaran fenomena di
permukaan bumi, serta mencari interelasi dan
interaksinya dalam ruang tertentu. Rhoad Murphey mengemukakan tiga
pokok
ruang lingkup geografi, yaitu sebagai berikut: a. Persebaran dan
keterkaitan penduduk di muka bumi dengan
sejumlah aspek-aspek
keruangan serta bagaimana manusia memanfaatkannya. b. Interaksi manusia
dengan
lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari
keanekaragaman wilayah c. Kajian terhadap region dan analisis
dari
region yang mempeunyai ciri khusus.
3. Objek studi geografi
Para ahli geografi
Indonesia yang tergabung dalam IGI sepakat, bahwa objek studi geografi
di dua.
a. Objek material geografi adalah fenomena geosfer terdiri
atas litosfer, atmosfer, hidrosfer, bisfer, dan antroposfer.
Misalnya
pola permukiman desa-kota, DAS, bentangan alam, cuaca dan iklim.
b.
Objek formal geografi adalah cara memandang dan berpikir terhadap objek
material geografi dari sudut pandang
keruangan dalam kontek
kewilyahan dan kelingkungan. Objek formal meliputi hal-hal sbb: - pola
dari sebaran gejala
tertentu di muka bumi (spatial pattern) -
keterkaitan sesame antar gejala (spatial system) - perkembangan yang
terjadi
pada gejala tersebut (spatial processes)
4. Hakikat Geograf.
Studi
geografi pada hakikatnya merupakan pengkajian keruangan tentang fenomena
dan masalah kehidupan manusia.
Studi itu disusun berdasarkan hasil
observasi berbagai fenomena di lapangan. Hasil observasi di lapangan
akan
membentuk pola abstrak dari fenomena yang diamati. Pola abstrak
itulah yang disebut konsep geografi. Oleh karena itu,
tanpa kerja
lapangan tidak akan menghasilkan konsep tentang hakikat fenomena dan
masalah kehidupan yang
sebenarnya.
Guna menghasilkan konsep
fenomena geografi diperlukan analisis fenomena manusia, fenomena alam,
serta
persebaran dan interaksinya dalam ruang. Adapun untuk
menunjukkan dan menjelaskan fenomena tersebut
dipermukaan bumi
diawali dengan mengajukan enam pertanyaan pokok. Yaitu what, where, why,
who, dan how
( 5W 1H). Misalnya untuk menjelaskan fenomena kelaparan
maka pertanyaan yang diajukkan adalah apa yang terjadi, di
mana
fenomena itu terjadi, kapan fenomena itu terjadi, mengapa fenomena itu
terjadi, siapa saja yang sedang
mengalami, dan bagaimana usaha untuk
mengatasinya.
5. Konsep
geografi.
Dalam geografi terdapat sepuluh konsep dasar yang
esensial, yaitu
a. Konsep lokasi, yaitu letak di permukaan bumi.
Monas
terletak di Jakarta
b. Konsep jarak, yaitu jarak antara satu tempat
dengan tempat yang lain. Harga tanah di desa
murah karena jauh dari
pusat keramaian kota.
c. Konsep keterjangkauan, yaitu hubungan suatu
tempat dengan tempat
lainnya (jalan, komunikasi, dll). Masyarakat
Badui terbelakang karena terisolir dengan masyarakat lain.
d. Konsep
pola,
yaitu adanya pola persebaran suatu fenomena, seperti permukiman
memanjang, memusat atau tersebar. Pemukiman
penduduk nelayan
memanjang mengikuti garis pantai.
e. Konsep morfologi, yaitu bentuk
permukaan bumi sebagai hasil
tenaga eksogen dan endogen ( misalnya
pulau, peguungan, daratan, lereng dan lembah. Setiap permukaan bumi
mempunyai
manfaat yang berbeda-beda bagi manusia. Misalnya di daerah pegunungan
cocok untuk pertanian sayur-sayuran dan perkebunan.
f. Konsep
aglomerasi, pemusatan penimbunan suatu kawasan. (industri, pertanian,
permukian).
Masyarakat umumnya mengelompok dengan warga yang mempunyai tingkat
kehidupan sejenis. Oleh
karena itu muncul istilah daerah elit, kumuh
(slum).
g. Konsep nilai kegunaan, berkaitan dengan manfaat dari
fenomena
yang ada di permukaan bumi yang bersifat relative. Misalnya
daerah wisata mempunyai nilai kegunaan yang berlainan
bagi setiap
orang, ada orang yang datang ke daerah wisata hanya sekali bahkan ada
yang berulang kali. h. Konsep
interaksi dan interdependency, yaitu
peristiwa saling mempengaruhi antar berbagai fenomena geosfer. Misalnya
interaksi
antara desa dan kota. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam
memanfaatkan potensi sumber daya antara di
desa dan di kota. i.
Konsep diferensiasi area, berkaitan dengan perbedaan corak antarwilayah
di permukaan bumi,
dengan ciri khusus yang dapat dibedakan dengan
wilayah lain atau dikenal dengan istilah region. ( Asia Tenggara, Asia
Selatan
Amerika Selatan) j. Konsep keterkaitan keruangan, yaitu hubungan
persebaran suatu fenomena dengan
fenomena lain di suatu tempat.
Misalnya pegunungan mempunyai suhu lebih rendah daripada di daerah
dataran rendah.
Oleh karena itu sayuran, the dan pinus dapat tumbuh
dengan baik di daerah pegunungan.
6. Prinsip-prinsip Geografi.
Prinsip geografi
menjadi dasar pada uraian pengkajian (studi) dan pengungkapan gejala,
variasi, factor-faktor maupun masalah geografi. Secara teoritis prinsip
geografi terdiri dari:
a. Prinsip penyebaran, yaitu gejala dan fakta
geografi, baik menyangkut keadaan alam maupun kemanusiaan yang tersebar
luas di permukaan bumi. Penyebaran tersebut
tidak merata antara
wilayah satu dengan wilayah hubungan (relasi) gejala/factor yang satu
dengan yang lain. lainnya.
dengan melihat dan menggambarkan gejala
dan fakta pada peta, kita dapat mengungkapkan
b. Prinsip interelasi,
yaitu interelasi dalam ruang yang menyatakan bahwa terdapat saling
berhubungan antara gejala satu denga gejala lainnya atau antara factor
yang satu dengan factor lainnya dalam suatu ruang tertentu.
c.
Prinsip deskriptif, yaitu prinsip untk memberikan penjelasan atau
gambaran lebih jauh tentang gejala atau masalah yang dipelajari atau
sedang diselidiki. Deskripsi ini digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab
interaksi dan interkasi antara factor yang satu dan lainnya. Dalam
kerangka kerja geografi prinsip ini tidak dapat ditinggalkan. d. Prinsip
korologis atau
prinsip keruangan, bahwa dalam prinsip ini
gejala-gejala, fakta-fakta, dan masalah-masalah geografi ditinjau dari
penyebaran,
interelasi, dan interaksinya dalam hubungannya terdapat pada ruang
tertentu. Yang dimaksud dengan ruang ini adalah permukaa bumi, baik
secara keseluruan maupun sebagian.
7. Pendekatan Geografi.
Geografi sebagai ilmu
kebumian selalu mengkaji hubungan timbale balik antara fenomena dan
permasalahannya
dengan pendekatan keruangan, ekologi, dan regional
komplek.
a. Pendekatan keruangan (spatial approach)
Pendekatan
keruangan mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat melalui penggambaran,
letak distribusi, relasi, dan interelasinya. Sebagai contoh adalah
teori difusi yang menelaah adanya penjalaran atau pemekaran fenomena
dalam ruang (space) dan dimensi waktu (time).
a. Pendekatan
kelingkungan (ecological approach)
Pendekatan ini berdasarkan
interaksi organisme dengan lingkungannya. Dalam suatu ekosistem jika ada
satu elemen berkembang diatas batas maksimal, maka elemen yang lain
akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas.
b. Pendekatan
kompleks wilayah
Pendekatan kompleks wilayah merupakan gabungan
antara pendekatan keruangan dan ekologi. Disebut kompleks wilayah
tertentu (areal differentiation). Karena suatu anggapan bahwa interaksi
antarwilayah akan berkembang bila terdapat permintaan dan penawaran
antarwilayah tersebut. Dalam hubungan kompleks wilayah ini, ramalan
wilayah (region forecasting) dan perencangan wilayah (regional planning)
merupakan aspek-aspek yang menelaah fenomena
tertentu pada suatu
region/wilayah secara fisik atau sosial.
Region adalah suatu bagian
permukaan bumi yang memiliki karakteristik (cirri khas yang sama),
sehingga dapat dibedakan dengan daerah sekitarnya.
8. Aspek Geografi
Aspek
geografi terdiri dari asek fisik dan aspek sosial.
Aspek fisik
mengkaji semua fenomena yang terdapat dan terjadi di geosfer meliputi
litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer.
Aspek sosial mengkaji
manusia dan kehidupannya di muka bumi. Di dalam hal ini geografi
mempelajari persebaran dan keaneka ragaman budaya.
Contoh aspek fisik
berupa litosfer mengenai dataran tinggi dan aspek sosial geografi dalam
kehidupan sehari-hari.
Kondisi fisik di daerah dataan tinggi suhu
uadar dingin, tanah subur berada di jalur pegunungan sehingga penduduk
memanfaatkan
daerah dataran tinggi untuk usaha perkebunan sebagai mata pencaharian
kehidupan sehari-hari.
Dalam menganalisis
fenomena geosfer, pada ilmu geografi menggunakan prinsip-prinsip
geografi. Adapun prinsip geografi diantaranya :
1.
Prinsip Sebaran atau Penyebaran artinya : adanya sebaran fenomena,
gejala, fakta, peristiwa dipermukaan bumi. Sebaran fenomena atau gejala
ada yang teratur ada yang tidak teratur. Yang teratur : ada yang
mengelompok, menyebar, memusat, memanjang bergantung kepada keadaan
fenomena. Pengertian fenomena atau gejala diartikan sebagai : semua
data, fakta, peristiwa yang ada dipermukaan bumi. Secara umum terbagi
menjadi 2 kelompok besar yaitu :
a. Fenomena alam (realm of nature)
terdiri dari : kekuatan, proses, biotis, topologis, fisis dan lain-lain
b.
Fenomena sosial (human realm) terdiri dari : a. lingkungan sosial :
terdiri dari : kebiasaan, hukum, tradisi, dll. b. Bentang alam budidaya
terdiri dari : pemukiman, persawahan, hutan buatan dll. c. masyarakat
Syarat
untuk menganalisis dengan prinsip penyebaran berarti harus ada fenomena
yang dikaji dan adanya pola sebaran fenomena tersebut.
2.
Prinsip dekripsi : diartikan penjelasan lebih lanjut tentang fenomena
tersebut secara detail disertai dengan gambar, tabel, diagram, peta dsb.
Ketika
kita menggunakan prinsip deskripsi dalam analisis fenomena geosfer
berarti kita uraikan secara detail tentang gejala atau fenomena yang
dikaji, disertai dengan penjelasan yang rinci disertai tabel, gambar,
grafik dsb.
Contoh : fenomena penduduk di Kelurahan X : Penduduk
adalah kelompok masyarakat yang menempati suatu wilayah dalam waktu yang
relatif lama terikat satu kesatuan hukum. Berdasarkan jenis kelamin
terdiri dari laki-laki dan wanita. Berdasarkan jumlah usia produktif dan
tidak produktif xxxx juta jiwa (buat tabel) dst....dst.
3,
Prinsip Interelasi : diartikan adanya hubungan antara fenomena yang
satu dengan fenomena yuang lain pada suatu ruang. Bahwa fenomena atau
gejala di muka bumi tidak mungkin berdiri sendiri pasti ada keterkaitan
dengan fenomena lain. Tanaman padi tumbuh bagus di dataran rendah. Ada
keterkaitan yang sangat tinggi antara fenomena tanaman padi dengan
fenomena dataran rendah... dst
4. Prinsip Korologi :
Fenomena dilihat dari sebaran dan interelasi berada pada ruang
tertentu. Artinya Prinsip ini boleh dikatakan menjadi gabungan diantara
prinsip-prinsip geografi yang ada. Ketika kita mengunakan prinsip ini
dalam menganalisis fenomena geosfer berarti menguraikannya dengan
penggabungan prinsip yang ada. misalnya kita bicara tentang pasar pada
suatu wilayah, maka pasar itu akan bergantung kepada fenomena pembeli,
penjual, barang, transportasi, transaksi pada ruang tertentu pula.
HAKIKAT GEOGRAFI
Materi
:
1. Pengertian Geografi.
Hasil Simlok IGI bahwa geografi adalah
ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dari
sudut
pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
2.
Ruang Lingkup Geografi.
Studi geografi selalu menganalisis gejala
manusia dan gejala alam dari segi lokasi dan persebaran fenomena di
permukaan
bumi, serta mencari interelasi dan interaksinya dalam ruang tertentu.
Rhoad Murphey mengemukakan tiga
pokok ruang lingkup geografi, yaitu
sebagai berikut: a. Persebaran dan keterkaitan penduduk di muka bumi
dengan
sejumlah aspek-aspek keruangan serta bagaimana manusia
memanfaatkannya. b. Interaksi manusia dengan
lingkungan fisik yang
merupakan salah satu bagian dari keanekaragaman wilayah c. Kajian
terhadap region dan analisis
dari region yang mempeunyai ciri khusus.
3.
Objek studi geografi
Para ahli geografi Indonesia yang tergabung
dalam IGI sepakat, bahwa objek studi geografi di dua.
a. Objek
material geografi adalah fenomena geosfer terdiri atas litosfer,
atmosfer, hidrosfer, bisfer, dan antroposfer.
Misalnya pola
permukiman desa-kota, DAS, bentangan alam, cuaca dan iklim.
b. Objek
formal geografi adalah cara memandang dan berpikir terhadap objek
material geografi dari sudut pandang
keruangan dalam kontek
kewilyahan dan kelingkungan. Objek formal meliputi hal-hal sbb: - pola
dari sebaran gejala
tertentu di muka bumi (spatial pattern) -
keterkaitan sesame antar gejala (spatial system) - perkembangan yang
terjadi
pada gejala tersebut (spatial processes)
4. Hakikat
Geograf.
Studi geografi pada hakikatnya merupakan pengkajian
keruangan tentang fenomena dan masalah kehidupan manusia.
Studi itu
disusun berdasarkan hasil observasi berbagai fenomena di lapangan. Hasil
observasi di lapangan akan
membentuk pola abstrak dari fenomena yang
diamati. Pola abstrak itulah yang disebut konsep geografi. Oleh karena
itu,
tanpa kerja lapangan tidak akan menghasilkan konsep tentang
hakikat fenomena dan masalah kehidupan yang
sebenarnya.
Guna
menghasilkan konsep fenomena geografi diperlukan analisis fenomena
manusia, fenomena alam, serta
persebaran dan interaksinya dalam
ruang. Adapun untuk menunjukkan dan menjelaskan fenomena tersebut
dipermukaan
bumi diawali dengan mengajukan enam pertanyaan pokok. Yaitu what,
where, why, who, dan how
( 5W 1H). Misalnya untuk menjelaskan
fenomena kelaparan maka pertanyaan yang diajukkan adalah apa yang
terjadi, di
mana fenomena itu terjadi, kapan fenomena itu terjadi,
mengapa fenomena itu terjadi, siapa saja yang sedang
mengalami, dan
bagaimana usaha untuk mengatasinya.
5. Konsep geografi.
Dalam
geografi terdapat sepuluh konsep dasar yang esensial, yaitu a. Konsep
lokasi, yaitu letak di permukaan bumi.
Monas terletak di Jakarta b.
Konsep jarak, yaitu jarak antara satu tempat dengan tempat yang lain.
Harga tanah di desa
murah karena jauh dari pusat keramaian kota. c.
Konsep keterjangkauan, yaitu hubungan suatu tempat dengan tempat
lainnya
(jalan, komunikasi, dll). Masyarakat Badui terbelakang karena terisolir
dengan masyarakat lain. d. Konsep pola,
yaitu adanya pola persebaran
suatu fenomena, seperti permukiman memanjang, memusat atau tersebar.
Pemukiman
penduduk nelayan memanjang mengikuti garis pantai. e.
Konsep morfologi, yaitu bentuk permukaan bumi sebagai hasil
tenaga
eksogen dan endogen ( misalnya pulau, peguungan, daratan, lereng dan
lembah. Setiap permukaan bumi
mempunyai manfaat yang berbeda-beda
bagi manusia. Misalnya di daerah pegunungan cocok untuk pertanian sayur-
SMA
Kristen 2 BPK Penabur Jakarta Online
http://smak2.com Powered by
Joomla! Generated: 11 March, 2008, 10:10
sayuran dan perkebunan. f.
Konsep aglomerasi, pemusatan penimbunan suatu kawasan. (industri,
pertanian,
permukian). Masyarakat umumnya mengelompok dengan warga
yang mempunyai tingkat kehidupan sejenis. Oleh
karena itu muncul
istilah daerah elit, kumuh (slum). g. Konsep nilai kegunaan, berkaitan
dengan manfaat dari fenomena
yang ada di permukaan bumi yang bersifat
relative. Misalnya daerah wisata mempunyai nilai kegunaan yang
berlainan
bagi setiap orang, ada orang yang datang ke daerah wisata
hanya sekali bahkan ada yang berulang kali. h. Konsep
interaksi dan
interdependency, yaitu peristiwa saling mempengaruhi antar berbagai
fenomena geosfer. Misalnya
interaksi antara desa dan kota. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan dalam memanfaatkan potensi sumber daya antara
di
desa dan di kota. i. Konsep diferensiasi area, berkaitan dengan
perbedaan corak antarwilayah di permukaan bumi,
dengan ciri khusus
yang dapat dibedakan dengan wilayah lain atau dikenal dengan istilah
region. ( Asia Tenggara, Asia
Selatan Amerika Selatan) j. Konsep
keterkaitan keruangan, yaitu hubungan persebaran suatu fenomena dengan
fenomena
lain di suatu tempat. Misalnya pegunungan mempunyai suhu lebih rendah
daripada di daerah dataran rendah.
Oleh karena itu sayuran, the dan
pinus dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan.
6.
Prinsip-prinsip Geografi.
Prinsip geografi menjadi dasar pada uraian
pengkajian (studi) dan pengungkapan gejala, variasi, factor-faktor
maupun
masalah geografi. Secara teoritis prinsip geografi terdiri
dari: a. Prinsip penyebaran, yaitu gejala dan fakta geografi,
baik
menyangkut keadaan alam maupun kemanusiaan yang tersebar luas di
permukaan bumi. Penyebaran tersebut
tidak merata antara wilayah satu
dengan wilayah hubungan (relasi) gejala/factor yang satu dengan yang
lain. lainnya.
dengan melihat dan menggambarkan gejala dan fakta pada
peta, kita dapat mengungkapkan
b. Prinsip interelasi, yaitu
interelasi dalam ruang yang menyatakan bahwa terdapat saling berhubungan
antara gejala
satu denga gejala lainnya atau antara factor yang satu
dengan factor lainnya dalam suatu ruang tertentu. c. Prinsip
deskriptif,
yaitu prinsip untk memberikan penjelasan atau gambaran lebih jauh
tentang gejala atau masalah yang
dipelajari atau sedang diselidiki.
Deskripsi ini digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab interaksi dan
interkasi antara
factor yang satu dan lainnya. Dalam kerangka kerja
geografi prinsip ini tidak dapat ditinggalkan. d. Prinsip korologis atau
prinsip
keruangan, bahwa dalam prinsip ini gejala-gejala, fakta-fakta, dan
masalah-masalah geografi ditinjau dari
penyebaran, interelasi, dan
interaksinya dalam hubungannya terdapat pada ruang tertentu. Yang
dimaksud dengan
ruang ini adalah permukaa bumi, baik secara
keseluruan maupun sebagian.
7. Pendekatan Geografi.
Geografi
sebagai ilmu kebumian selalu mengkaji hubungan timbale balik antara
fenomena dan permasalahannya
dengan pendekatan keruangan, ekologi,
dan regional komplek.
a. Pendekatan keruangan (spatial approach)
Pendekatan
keruangan mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat melalui
penggambaran, letak distribusi, relasi,
dan interelasinya. Sebagai
contoh adalah teori difusi yang menelaah adanya penjalaran atau
pemekaran fenomena
dalam ruang (space) dan dimensi waktu (time).
a.
Pendekatan kelingkungan (ecological approach)
Pendekatan ini
berdasarkan interaksi organisme dengan lingkungannya. Dalam suatu
ekosistem jika ada satu elemen
berkembang diatas batas maksimal, maka
elemen yang lain akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas. b.
Pendekatan
kompleks wilayah
Pendekatan kompleks wilayah merupakan gabungan
antara pendekatan keruangan dan ekologi. Disebut kompleks
wilayah
tertentu (areal differentiation). Karena suatu anggapan bahwa interaksi
antarwilayah akan berkembang bila
terdapat permintaan dan penawaran
antarwilayah tersebut. Dalam hubungan kompleks wilayah ini, ramalan
wilayah
(region forecasting) dan perencangan wilayah (regional
planning) merupakan aspek-aspek yang menelaah fenomena
tertentu pada
suatu region/wilayah secara fisik atau sosial.
Region adalah suatu
bagian permukaan bumi yang memiliki karakteristik (cirri khas yang
sama), sehingga dapat
dibedakan dengan daerah sekitarnya.
8. Aspek
Geografi
Aspek geografi terdiri dari asek fisik dan aspek sosial.
Aspek
fisik mengkaji semua fenomena yang terdapat dan terjadi di geosfer
meliputi litosfer, atmosfer, hidrosfer dan
SMA Kristen 2 BPK Penabur
Jakarta Online
http://smak2.com Powered by Joomla! Generated: 11
March, 2008, 10:10
biosfer.
Aspek sosial mengkaji manusia dan
kehidupannya di muka bumi. Di dalam hal ini geografi mempelajari
persebaran dan
keaneka ragaman budaya.
Contoh aspek fisik berupa
litosfer mengenai dataran tinggi dan aspek sosial geografi dalam
kehidupan sehari-hari.
Kondisi fisik di daerah dataan tinggi suhu
uadar dingin, tanah subur berada di jalur pegunungan sehingga penduduk
memanfaatkan
daerah dataran tinggi untuk usaha perkebunan sebagai mata pencaharian
kehidupan sehari-hari.