Pada zaman Yunani kuno pengetahuan manusia tentang bumi masih sangat dipengaruhi oleh mitologi. Namun, sejak abad ke-6 SM pengaruh mitologi itu terus berkurang seiring dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan sehingga pengetahuan tentang bumi mulai didasarkan atas ilmu alam, ilmu pasti, dan logika. Salah satu bukti bahwa pengetahuan telah didasarkan pada logika adalah telah adanya usaha untuk menjelaskan tentang suatu wilayah termasuk perilaku penduduknya. Orang yang pertama kali menguraikan seluk-beluk keadaan suatu tempat, yang kemudian dinamakan topografi adalah Herodutus (485-428 SM).
Claudius Ptolomeus dalam bukunya yang berjudul Geographike Unphegesis (pertengahan abad ke-2) menjelaskan bahwa geografi adalah suatu bentuk penyajian dengan peta terhadap sebagian permukaan bumi yang menunjukkan kenampakan umum. Menurut Ptolomeus geografi lebih mengutamakan hal-hal atau fenomena yang bersifat kuantitatif. Pandangan dan pendapat Ptolomeus ini merupakan sumber bagi definisi geografi zaman modern.

Asmaul- Husna

Seorang ahli filsafat dari Arab Ibnu Khaldun (1332-1406), menulis buku kesejarahan yang dapat dikatakan sebagai embrio ilmu kemasyarakatan. Ibnu Khaldun memperhatikan permasalahan irigasi, kehidupan bangsa nomad, dan aktivitas perdagangan di daerah gurun. Ibnu Khaldun juga menguraikan penyebab munculnya kerajaan-kerajaan Islam dan meramalkan ambruknya kerajaan-kerajaan tersebut. Ibnu Khaldun termasuk ahli geografi yang telah menunjukkan contoh cara menguraikan pengaruh lingkungan alam terhadap masyarakat dalam suatu wilayah.

Pandangan Geografi Modern (abad ke-18)
Pandangan geografi modern pada awalnya dikemukakan oleh Immanuel Kant (1724-1804). Menurut Kant, geografi merupakan disiplin ilmiah yang objek studinya adalah benda-benda atau gejala-gejala yang keberadaannya tersebar dan berasosiasi dalam ruang (space).

Alexander von Humboldt (1769-1859) lebih berminat pada kajian fisik dan biologi. Humboldt adalah seorang ahli geografi asal Jerman yang melakukan perjalanan ke Benua Amerika. Hasil dari perjalanannya itu adalah sebuah deskripsi tentang hubungan antara ketinggian tempat dan vegetasi yang mendiaminya. Namun demikian, Humboldt juga tetap memperhatikan keberadaan manusia, antara lain perhatiannya tentang kebudayaan penduduk Asia dan kebudayaan penduduk Amerika.

Karl Ritter (1779-1859) membuat uraian yang sejalan dengan pemikiran Humboldt, yaitu menjelaskan kegiatan manusia dalam suatu wilayah. Ritter menganggap permukaan bumi sebagai tempat tinggal manusia dan menggolongkannya menjadi wilayah alamiah, terutama berdasarkan bentang alamnya, serta mempelajari unit wilayah tersebut bagi masyarakat yang akan menempati atau pernah menempati.
Pandangan Geografi Akhir Abad ke-19

Pada akhir abad ke-19 pandangan geografi dipusatkan terhadap iklim, tumbuhan, dan hewan (biogeografi) terutama pada bentang alamnya. Perhatian utama geografi pada masa ini adalah gejala-gejala fisik sehingga gejala-gejala sosial (manusia) tidak mengalami kemajuan. Perhatian geografi terhadap manusia pada akhir abad ke-19 tetap becorak pada pandangan Ritter, yaitu mengkaji hubungan manusia dengan lingkungannya.

Friedrich Ratzel (1844-1904) mempelajari pengaruh lingkungan fisik terhadap kehidupan manusia. Menurut Ratzel aktivitas manusia merupakan faktor penting bagi kehidupan dalam suatu lingkungan. Ratzel juga beranggapan bahwa faktor manusia dan faktor lingkungan memiliki kedudukan dan pengaruh yang sama dalam membentuk lingkungan hidup.

Pandangan Geografi Abad ke-20
Salah satu ciri pandangan geografi pada abad ke-20 adalah kajiannya yang bercorak sosial budaya. Pandangan yang bercorak sosial budaya itu merupakan reaksi atas dominasi geografi alam hingga akhir abad ke-19.

Vidal de la Blache (1854-1918) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam kajian geografi harus menyatukan faktor manusia dan faktor fisik karena tujuan geografi adalah untuk mengetahui adanya interaksi antara manusia dan lingkungan fisiknya. Oleh karena itu, konsep geografi yang dikemukakan Vidal de la Blache adalah kewilayahan.

Pandangan Geografi Mutakhir
E. A. Wrigley (1965) mengemukakan pendapatnya bahwa semua metode analisa dapat digunakan dalam kajian geografi selama analisa tersebut mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Wrigley juga berpendapat bahwa geografi adalah disiplin ilmiah yang berorientasi pada masalah (problem oriented) dalam mengkaji interaksi antara manusia dan lingkungannya.

Pandangan geografi mutakhir juga ditandai oleh adanya kajian-kajian geografi yang bersifat tematik dalam suatu wilayah, terutama interaksi antara manusia dan lingkungannya. Di dalam kajian tersebut telah menggunakan metode statistik dan pemanfaatan komputer untuk menganalisa dan menyimpan data.

Geografi Ortodoks dan Geografi Terintegrasi
Perbedaan pandangan terhadap geografi menghasilkan definisi yang berbeda-beda sehingga tidak dapat diterima oleh setiap orang. Akan tetapi, meskipun pandangan para ahli berbeda-beda terhadap geografi, mereka mengakui adanya elemen-elemen yang sama dalam geografi, yaitu sebagai berikut.

Para ahli geografi mengakui adanya persamaan dengan ahli ilmu pengetahuan bumi (earth science) yang lain karena wilayah kajiannya sama, yaitu permukaan bumi dan bukan ruang yang bersifat abstrak. Menurut para ahli geografi permukaan bumi merupakan lingkungan hidup bagi manusia yang dapat mempengaruhi kehidupannya dengan mengubah dan membangunnya.

Para ahli geografi memiliki perhatian sama, yaitu persebaran manusia dalam ruang dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Para ahli geografi mengkaji cara tentang pengelolaan wilayah yang tepat untuk dapat memanfaatkan ruang dan sumber daya. Para ahli geografi mengakui adanya unsur-unsur yang sama dalam geografi, antara lain jarak, interaksi, gerakan (mobilitas), dan persebaran.

Adanya persamaan-persamaan dalam kajian geografi berpengaruh terhadap perkembangan berbagai topik yang berhubungan dengan geografi. Oleh karena itu, pada saat ini kajian geografi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu geografi ortodoks dan geografi terintegrasi.

Geografi ortodoks adalah geografi yang melakukan kajian terhadap suatu wilayah (geografi regional) dan analisis terhadap sifat-sifat sistematiknya (geografi sistematik). Geografi ortodoks dibagi lagi menjadi 5 bagian sesuai dengan topik-topiknya, yaitu berikut ini.
Geografi fisik, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap fenomena-fenomena fisik geosfer dan lingkungannya. Geografi fisik antara lain meliputi geomorfologi, hidrologi, klimatologi, dan pedologi.
Geografi manusia, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap aktivitas manusia, antara lain meliputi geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi perdesaan, dan geografi perkotaan.
Geografi regional, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap perwilayahan dan kultural. Geografi perwilayahan antara lain terdiri dari geografi daerah tropika, geografi daerah arid, dan geografi daerah kutub. Geografi kultural antara lain terdiri dari geografi Asia Tenggara, Geografi Amerika Latin, dan geografi Eropa Barat.

Geografi teknik, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap bidang teknik dalam geografi, anatara lain terdiri atas kartografi dan pengindraan jauh.

Geografi filsafat, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap hakikat, sebab, asal, dan hukum yang berkenaan dengan bidang geografi, antara lain metodologi geografi dan geografi sejarah.

Geografi terintegrasi adalah kajian geografi dengan jalan memadukan antara elemen-elemen geografi sistematik dan geografi regional sehingga disebut juga geografi terpadu. Oleh karena itu, di dalam kajiannya geografi terintegrasi menggunakan tiga analisis, yaitu analisis keruangan, ekologi, dan wilayah.

Sejarah Geografi

Perkembangan Ilmu Geografi diawali oleh Bangsa Yunani yang secara aktif meneliti juga mendokumentasikan informasi dan data kegeografian sebagai sebuah ilmu dan filosofi. Pemikir utama pada awal perkembangan geografi adalah Thales (640– 546 SM) dari Miletus yang banyak melakukan perjalanan menggali informasi geografi, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Herodotus (485–425 SM) dari Messana yang membuat laporan geografi sekitar wilayah Timur Tengah, kemudian Phytheas yang melakukan pengukuran jarak Matahari terhadap Bumi. Perkembangan awal geografi paling fenomenal adalah dengan publikasi dari Eratosthenes (276–194 SM) dalam bukunya Geographica yang menjelaskan bahwa pad dasarnya bumi itu bulat dan Eratosthenes telah mampu menghitung keliling Bumi dengan hanya berselisih kurang dari 1% keliling sebenarnya, yang kemudian diikuti oleh beberapa pemikir - pemikir bangsa Romawi.

Pada abad pertengahan, bangsa Arab banyak memberikan sumbangsih pemikir - pemikirnya dalam mengembangkan ilmu geografi seperti Al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun.

Kemudian pada abad ke-17 hingga abad ke-19 Ilmu geografi semakin menunjukkan sebagai sebuah disiplin ilmu yang utuh dengan menjadi bagian kurikulum yang lengkap di berbagai universitas yang terdapat di Eropa. Pada masa ini para pemikir (ilmuan) yang mengemukakan pendapatnya adalah Bernard Varen (1622-1650) atau yang dikenal dengan Varenius dari Jerman melalui bukunya Geographia Generalis, Immanuel Kant (1724–1821) melalui buku Physische Geographie, Alexander von Humboldt (1769–1859) dikenal sebagai peletak dasar geografi fisik modern, Karl Ritter (1779–1859) dari Universitas Berlin, Friederich Ratzel (1844–1904) dari Leipzig dalam bukunya yang berjudul Politische Geographie mengemukakan konsep Lebensraum, Elsworth Huntington (1876–1947) asal Amerika Serikat mengemukakan konsepnya dalam bukunya The Pulse of The Earth dikenal sebagai determinis iklim, Paul Vidal de la Blache (1845–1918) asal Prancis merupakan pelopor posibilisme dalam geografi dengan konsepnya genre de vie, Halford Mackinder (1861–1947) dari Universitas Oxford mengemukakan makalahnya yang berjudul The Scope and Methods of Geography yang berisi konsep man-land relation.

Ilmu Geografi selama abad ke-20 di Barat melewati empat fase utama :

  1. Determinisme lingkungan
    Teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington.
  2. Geografi regional.
    Memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region yang diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
  3. Revolusi kuantitatif
    usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains dengan mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis.
  4. Geografi kritis
    Muncul sebagai kritik atas positifisme dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi. Beberapa ahli yang beraliran ini diantaranya Yi-Fu Tuan, Karl Marx dengan pengikutnya David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis.

Perkembangan Ilmu Geografi

Geografi di zaman Yunani

Zaman ini merupakan zaman awal perkembangan ilmu geografi. Ilmu geografi ini timbul karena usaha untuk mengetahui dari mana atau asal usul dari negeri serta penduduk yang hidup pada zaman tersebut. Ilmu sejarah yang mempunyai seorang tokoh bernama Herodotus sebagai bapak sejarah, mengungkapkan bagaimana seluk beluk keadaan suatu tempat atau topografi serta menerangkan sebab terjadinya. Itulah mengapa Herodotus juga disebut sebagai bapak geografi. Dalam hal ini Herodotus membahas tentang lembah sungai Nil dengan tanahnya yang subur terutama pada daerah delta sungai Nil.
Eratosthenes (176-194 SM) memastikan bahwa bumi berbentuk seperti bola dengan ukuran-ukurannya secara detail. Setelah itu dibentuk susunan garis lintang serta garis bujur bola bumi untuk menentukan letak suatu lautan, negeri, serta tempat lain meskipun masih dalam model yang sederhana sehingga lahirlah peta. Dengan adanya perubahan pola cuaca dan perbedaan iklim maka disusun sistem permusiman berdasarkan garis lintang serta garis bujur tersebut iklim digolongkan menjadi beberapa macam.

Geografi di zaman Romawi
Perkembangan ilmu geografi yang diwariskan dari zaman Yunani ini melahirkan geografi kuno yang dipelopori oleh Strabo (64 SM – 20M) yang menulis buku Geographia. Buku tersebut berisi tentang uraian tentang dunia beserta isinya.
Tokoh lain yang berperan pada zaman ini adalah Ptolomeus yang membahas tentang aspek matematis dalam geografi dan kemudian menerapkannya pada peta dan lokasinya. Posidonius kemudian berusaha lebih teliti dari Eratothenes dalam menentukan keliling bumi yang akhirnya diperoleh ukurannya hanya berselisih 7000 mil dari ukuran sekarang.

Geografi abad pertengahan
Di belahan bumi Eropa pada masa ini mengalami masa gelap perkembangan ilmu geografi hal ini disebabkan karena gambaran dunia yang berasal dari masa Yunani yang mayoritas kafir tidak sejalan dengan apa yang ada dalam Al Kitab sebagai kitab suci agama Kristen yang banyak dianut oleh bangsa-bangsa di Eropa. Pandangan yang berkembang menganggap bahwa bumi tidaklah bulat, namun berbentuk datar menyerupai cakram sehingga peta dirubah dengan kota Yerusalem sebagai pusatnya.
Dilain pihak warisan terhadap pandangan geografi dari zaman Yunani kuno dikembangkan oleh berbagai universitas Islam dari Persia hingga Spanyol. Peta bumi dilengkapi dengan hasil kunjungan para pelancong dan saudagar yang menjelajah.
Ahli geografi Arab yaitu Al Idrisi (1099 – 1166) menyempurnakan pembagian daerah iklim bumi konsep Yunani. Tokoh lain yang berperan yaitu Ibnu Batuta (1304 – 1348). Seorang filsuf Arab yaitu Ibnu Khaldun (1332 – 1406) dengan buku geografi kesejarahannya dapat dipandang sebagai cikal bakal ilmu pengetahuan kemasyarakatan.
Pada zaman Renaisance buku Geographia karangan Ptolomeus mendorong bangsa Portugis dan Spanyol menjelajah karena buku tersebut telah diterjemahkan dalam bahsa Latin. Kemudian disempurnakan peta sebelumnya dengan penemuan benua Amerika oleh Colombus.
Pada Abad 17 dikenal tokoh Varenius yang membagi geografi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Geografi umum yang mencakup:
a. Terestrial yaitu pengetahuan tentang bumi beserta keseluruhannya,
b. Falakiah berupa hubungan dengan bintang-bintang sehingga muncul kosmografi,
c. Komparatif menjelaskan secara detail tentang bumi.
2. Geografi khusus meliputi:
a. Aspek langit, khususnya membahas iklim,
b. Aspek litosfer, meliputi segala yang ada di permukaan bumi,
c. Aspek manusia yang membicarakan tentang penduduk, perniagaan serta pemerintahan di berbagai negeri.
Cluverius, tokoh dari Jermandalam karyanya menerangkan tentang peralihan geografi zaman pertengahan hingga zaman modern yang merupakan pengantar dari geografi umum. Dalam bukunya dijelaskan tentang deskripsi sebagian negara-negara didunia.
Geografi modern
Geografi mulai diberi dasar filsafat yang dilakukan oleh tokoh dari Jerman yaitu Imanuel Kant. Menurutnya ilmu pengetahuan digolongkan menjadi 3, antara lain:
1. Ilmu sistematis, dengan objek studinya yaitu sesuatu yang nyata ada, misal: botani mempelajari tumbuhan, geologi mempelajari kulit bumi, sosiologi mempelajari kemasyarakatan.
2. Ilmu historis, dengan onjek kajian berupa fakta-fakta yang ada kaitannya dengan waktu, misal: sejarah, pra sejarah.
3. Ilmu Geografis, dengan objek kajian benda-benda, hal-hal, serta gejala-gejala yang tersebar dalam konteks spasial atau keruangan, misal: geografi dan kosmografi
Imanuel Kant menguraikan aspek geografi menjadi 5:
1. Matematis, menelaah bentuk, ukuran sarta perputaran bumi dan posisi terhadap matahari.
2. Moral, menelaah berbagai adat kebiasaan serta perwatakan manusia yang berbeda di setiap negeri.
3. Politik, menelaah relasi antar unit-unit politis latar belakang alam masing-masing
4. Perniagaan, menelaah adanya potensi niaga khusus pada suatu negeri hingga terlibat dalam perniagaan dunia.
5. Teologis, menelaah bagaimana latar belakang alam menjadikan bentuk-bentuk ibadat lahiriah yang berlainan di berbagai negeri.
Penjelajahan dunia juga dilakukan oleh Alexander Von Humboldt yang juga seorang ahli kosmografi. Humboldt menggolongkan ilmu menjadi 3 yaitu
1. fisiografi (ilmu alam dan sistematis)
2. natural (sejarah alam dalam waktu)
3. geografi (uraian bumi dengan persebaran spasial).
Carl Ritter memberikan deskripsi tentang geografi regional yang membagi dunia atas wilayah-wilayah yang biasanya didasarkan atas morfologinya. Setiap wilayah akan mempunyai ciri dan karakter tersendiri yang membedakan dengan wilayah lain. Pandangannya menunjukkan bahwa pada suatu unit wilayah yang berisi unsur-unsur, akan berinterelasi antar unsur secara kompleks.
Zaman pengagungan alam
Pada abad ke-19 di Amerika Serikat timbul dorongan untuk mengenal lingkungan sekitar dengan tokohnya yaitu Mayor Powell serta Marsh. Pemikirannya lebih diarahkan kepada pemanfaatan sumber daya yang baik serta pengawetannya. Mereka melanjutkan pemikiran dari Humboldt dan Ritter bagaimana kondisi alam luar mempengaruhi kemajuan serta kehidupan sosial manusia.
Setelah Humboldt dan Ritter meninggal pada tahun 1859, muncul buku dari Darwin “On The Origin of Species” yang mempengaruhi pandangan ahli kembali pada konsep lama geografi, maka timbul hubungan kegiatan ekonomi dan budaya dengan lingkungan alam. Friedrich Ratzel melalui buku Antrhropogeographie menjelaskan bahwa adanya pengaruh lingkungan fisis terhadap kehidupan manusia yang sesuai dengan faham adaptasi manusia dan evolusi menurut Darwin. Dalam bukunya diuraikan tentang bagaiman kondisi penduduk beserta persebarannya dan hal yang mempengaruhi. Dijelaskan pula adanya gejala interelasi antara gejala di bumi.
Ritter dengan Ratzel menandang geografi sosial secara sistematis bukan secara regional serta bertolak pikir terhadap paham Darwin. Namun antar keduanya memiliki perbedaan , jika Ritter berkesimpulan bahwa hubungan timbal serta balik manusia dengan alam adalah sejalan sesuai dengan kehendak Pencipta, namun Ratzel memandang keberadaan manusia adalah sebagai hasil bentukan lingkungan yang berasal dari berbagai kekuatan alam yang ada dengan adaptasinya yang tepat.
Paham determinisme yang diajarkan oleh Ratzel terbawa dan diteruskan di Amerika Serikat oleh anak didik Ratzel, E.C. Semple. Pengaruhnya tampak pada muculnya Davis, Ellsworth Huntington, dan Griffith Taylor pada awal abad ke-20. pengaruh determinisme alam tampak jelas tertuang dalam buku-buku geografi sebagai buku ajar. Dalam kurun waktu 1903 – 1930 geografi terbagi menjadi geografi fisis dan geografi manusia yang mengindikasikan adanya hubungan manusia dengan alam bahwa manusia dan perilakunya merupakan produk dari pengaruh-pengaruh lingkungan alam dan mengesampingkan faktor serta pengaruh lain.
Lain cerita di Jerman, tahun 1883 paham natur-determinisme ditinggalkan karena geografiharusnya menjadi ilmu yang khorologis sebagai uraian dari suatu lokasi yang berperan memberi pengertian interelasi antara alam dan manusia yang mampu menunjukkan karakter suatu lokasi. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Von Richthofen yang kemudian dilanjutkan usahanya oleh muridnya Hettner yang mengarahkan studinya terhadap seluk beluk wilayah.menurut Hettner, geografi bukanlah ilmu yang umumtentang bumi , melainkan ilmu yang khorologis menyangkut tentang permukaan bumi terutama membahas gejala alam dengan manusia selain menilai hubungan keruangan. Tujuan utama geografi adalah menelaah wilayah untuk diterangkan secara analisis dan sintesis.
Tata kerja Hettner ini kemudian banyak dicontoh oleh para ahli geografi modern tentang deskripsi dan penjelasannya. Hal yang kurang berupa perencanaan telaah geografis.
Geografi pada abad ke-20
Dari dahulu geografi selalu berpusat pada manusia. Perkembangan ilmu geografi pada abad ke-20 pendekatannya lebih pada corak sosial dan budaya. Sebutan antropogeografi pada abad ke-19 adalah sebagai penguat bahwa geografi bukan hanya pada lingkungan alamnya saja. Kini pandangan tersebut berubah dengan bahasan topik pada geografi misalnya iklim atau relief akan berhubungan dengan kehidupan manusia sehingga tepat jika bumi dikatakan sebagai tempat tinggal manusia.
Ahli geografi Perancis Vidal De La Blache mengoreksi determinisme lingkungan dari Ratzel yang sedang berkembang. Menurutnya, bumi tidak menentukan perilaku manusia, bumi hanya menyediakan berbagai kemungkinannya, perilaku manusia ditentukan dari pilhan manusia itu sendiri. Ia menunjukkan dengan jelas bahwa manusia memiliki keterbatasan. Pilihan manusia dalam memanfaatkan lingkungan masih tergantung dari sistem nilai masyarakatnya maupun budayanya. Dengan kata lain pemanfaatan terhadap ketersediaan alam berlainan antar tempat satu dengan lainnya.
Di Rusia Melezin mendefinisikan geografi kependudukan sebagai suatu telaah atas sebaran penduduk dan relasi produktif yang terdapat di dalam berbagai kelompok penduduk, jaringan pemukiman dan fungsinya, manfaatnya sertaketepatgunaannya bagi tujuan-tujuan yang produktif dari masyarakat. Kemudian Pokshishevskii menjelaskan definisi dari Melezin dengan 4 pernyataannya yaitu:
1. Tipe ekonomi menentukan watak dan bentuk suatu pemukiman.
2. Sebaran dan organisasi teritorial dari produk menentukan segala pernyataan dari kondisi alam dan pengaruhnya atas bentuk-bentuk permukiman.
3. Adaptabilitas para migran terhadap suatu lingkungan geografis yang baru, dipengaruhi oleh kebiasaan tata kerja dan keterampilan yang telah mereka miliki sebelumnya.
4. Situasi ekonomi geografis dari kota-kota mempengaruhi tipe, fungsi-fungsi serta pemusatannya.
Geografi budaya mencakup topik-topik seperti bentuk pemukiman, tipe rumah, sebaran agama, bahasa, teknologi, ternak, tanaman, serta budaya lain. Carl Sauer tokoh dari Amerika Serikat merupakan pelopor serta peletak dasar bagi geografi budaya.
Geografi budaya pada dasarnya mempelajari tentang aspek material dari budaya itu sendiri yang memberikan corak khas terhadap suatu region atau wilayah tertentu, terutama pada kenampakan alam atau landscape. Namun kenampakan alam ini bukan hanya memberi corak khas terhadapfaktor budaya saja, namun terdapat pula kekhasan dalam beberapa faktor seperti sosial ekonomi.
Geografi agama dikembangkan oleh beberapa tokoh antara lain Jongeneel, P. Deffontaines, dan D.E. Sopher. Geografi agama bukan hanya menelaah pengaruh ruang atas agama dan gejala keagamaan namun juga sebaliknya yakni pengaruh agama dan gejala keagamaan atas keruangan. Relasi antara agama dan tata ruang sebenarnya sudah diketahui sejak zaman kuno, salah satu tokohnya yaitu Hippocrates namun baru mulai populer di zaman filsuf pencerahan salah satunya oleh Montesquieu di Prancis. Montesquieu mengungkapkan bahwa agama monotheisme seprti Yahudi, Kristen, dan Islam lahir di tepi-tepi gurun pasir dengan bentang alam yang monoton diungkapkanpula bahwa hampir semua agama besar muncul di wilayah permukaan bumi yang diapit 25 dan 35 derajat Lintang Utara.
Deffontaines membicarakan geografi agama dalam 5 pokok:
1. Agama dan geografi sebagai tempat kediaman baik bagi orang yang masih hidup maupun bagi yang sudah mati serta bagi dewa-dewa.
2. Agama dan penduduk; pengaruh agama atas daerah dan sejarah penduduk; agama dan macam-macam penduduk; agama dan kota-kota; agama dan demografi.
3. Agama dan eksploitasi; agama dan pertanian; agama dan peternakan; agama dan industri; agama dan potensi geografis daerah.
4. Agama dan lalu lintas; pengungsian para penganut agama;kegiatan ziarah; perdagangan dan pertukaran barang atas latar belakang agama; jalan sebagai alat transportasi.
5. Agama dan jenis kehidupan; kalender agama; tata kerja pemimpin agama; pekerjaan sehri-hari; kebiasaan.
Dalam geografi ekonomi tokoh yang berperan antara lai H. Robinson dengan bukunya Economic Geography (1979) membahas geografi ekonomi dengan pokok cakupannya yaitu bentuk perjuangan untuk hidup manusia dalam memenuhi kebutuhan materiilnya dengan berbagai masalahnya yang terjadi di dalam kerangka interaksi keruangan. Geografi ekonomi membicarakan tentang ekplorasi sumberdaya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari komoditi, transportasi, distribusi, dan konsumsi. Sehingga Robinson telah mengaitkannya dengan geografi modern dengan tepat. Definisi dari geografi modern itu sendiri berupa pengetahuan eksak dan sistematis tentang persebaran serta penataan gejala di permukaan bumi. Geografi modern sangat diperlukan bagi perkembangan ekonomi yang efektif serta pengertiannya terhadap hubungan internasional.
Geografi Mutakhir
Roger Minshull akhir-akhir ini membahas perubahan geografi dan mencatat 3 gejala:
1. Jenis bidang khusus yang dipelajari bertambah.
2. Penyelesaian masalah ditekankan pada kausalitas dan hubungan.
3. Penelaahan fenomena diutamakan dimana fenomena tersebut terdapat.
Minshull mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari tentang:
1. bentang alam
2. tempat
3. ruang
4. pengaruh alam atas manusia
5. kovariasi pola wilayah
6. lokasi, sebaran ,ketergantungan
7. kombinasi gejala dipermukaan bumi
8. sistem alam-manusia
9. sistem manusia-alam
10. relasi dan reprositas
11. ekologi manusia
12. perbedaan wilayah dan antar hubungan gejala
Ditemukan pula tujuan studi geografi, yaitu:
1. penguraian wilayah yang berlainan
2. pemahaman atas pengaruh lingkungan alam atas manusia
3. perencanaan sosial ekonomi
4. pemahaman atas gejala-gejala kombinasinya
5. pemahaman atas persebaran dalam ruang
6. pembuatan hukum tentang perilaku dalam ruang
7. penyusunan model yang melukiskan susunan dalam ruang
Perbedaan geografi lama dengan yang baru adalah geografi lama merupakan ilmu yang bersifat retrospektif yang berorientasi pada masa lampau dari tata kerja serba ideografis. Sedangkan geografi yang kita kenal adalah ilmu yang bersifat prospektif, nomotetis yang mampu menemukan hukum-hukum dari fenomena-fenomena yang dikaji. Dengan demikian geografi mampu meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA:

Daldjoeni, N. 1982. Pengantar Geografi. Alumni:Bandung
www.geografiana.com
www.wikipedia.org

Pengertian, Prinsip, Pendekatan, Konsep , dan Aspek Geografi

Manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh alam lingkungannya. Mulai dari bahan makanan sampai tempat berlindung dari pengaruh cuaca, semuanya diperoleh dari alam. Kondisi alam yang penuh rintangan semakin mendorong manusia untuk mengenal alam secara mendalam. Sebagian hanya menyesuaikan diri dengan alam, sebagian yang lain berusaha mengatasinya dengan mempelajari alam dengan baik dan menggunakan teknologi yang dibuat manusia. Inilah awal lahirnya studi geografi
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, pengenalan manusia terhadap alam tidak terbatas pada kondisi alam yang ada di wilayahnya sendiri, tetapi juga sampai ketempat yang lebih jauh sesuai dengan kemampuannya. Dalam setiap perjalanannya mereka memperoleh pengetahuan tentang kehidupan manusia diberbagai kondisi alam dan lingkungannya. Kegiatan manusia banyak berhubungan dengan lingkungan alam. Hubungan ini terjadi karena adanya keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia tidak selalu dapat dipenuhi di daerahnya sendiri, sehingga harus berinteraksi dengan daerah lain. Hasil dari perjalanan manusia dituangkan dalam cerita yang berbentuk tulisan dan gambar. Sajian cerita perjalanan tersebut merupakan awal dari adanya cerita yang bersifat geografi.
           Pengetahuan tentang geografi sudah lama dikenal manusia sejalan dengan peradaban manusia. Peradaban manusia berkembang karena manusia pandai memanfaatkan potensi lingkungan alam yang ada. Meskipun kadang alam membatasi manusia dalam berusaha. Interaksi manusia dengan lingkungan alam merupakan bagian penting yang dikaji dalam geografi.

Pengertian Geo
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani, GEO yang berarti bumi dan GRAPHEIN yang berarti tulisan. Jadi secara harfiah GEOGRAFI berari tulisan atau gambaran tentang bumi. GEOGRAFI  sering disebut juga ilmu bumi.
Ternyata hal-hal yang dipelajari oleh geografi bukan hanya mengenai permukaan bumi saja, melainkan juga berbagai hal yang ada di dalam bumi, diluar bumi dan bahkan benda-benda luar angkasapun turut menjadi obyek kajian geografi. Dengan demikian definisi yang sangat singkat di atas perlu diperluas dan dilengkapi sehingga mencakup semua hal yang dikaji dalam studi geografi.
Para ahli mencoba untuk mendevinisikan geografi, diantaranya :

1.     Eratosthenes(276-194 SM)
         Eratosthenes adalah seorang ilmuwan Yunani yang memperkenalkan pengertian geografi dalam bukunya yang berjudul”Geographica”. Dalam bukunya ia menulis tentang gambaran permukaan bumi, sejarah, dan konsep utama geografi. Ia berpendapat bahwa bumi bebentuk bulat. Dan juga telah melakukan perhitungan keliling bumi yang hanya selisih kurang dari 1% keliling sebenarnya. Keliling bumi sebenarnya adalah 24.875 mil, sedangkan hasil perhitungan Eratosthenes adalah 24.650 mil.
2. Bernand Varen (1622-1650)
Bernand Varen atau lebih dikenal dengan Varenius adalah seorang geograf asal Jerman. dia seorang lulusan Ilmu  kedokteran Universitas Leiden., Belanda. Dalam bukunya,”Geographia Generalis”, ia mengatakan bahwa geografi adalah campuran dari matematika yang membahas kondisi bumi beserta bagian- bagiannya juga tentang benda-benda langit lainnya.
Dalam buku itu Varenius membagi geografi menjadi dua yaitu:
1. Geografi Umum
Bagian ini membahas karateristik bumi secara umum, tidak tergantung oleh keadaan suatu wilayah. Menurut gagasan Varenius, geografi umum mencakup 3 bagian, yaitu:
a.     Terestrial,  merupakan pengetahuan tentang bumi secara keseluruhan, bentuk dan ukuranya.
b.     Astronomis, membicarakan hubungan bumi dengan bintang-bintang yang merupakan cikal bakal ilmu kosmografi.
c.     Komparatif,  menyajikan deskripsi lengkap mengenai bumi, letak, dan tempat-tempat di permukaan bumi.
2. Geografi khusus
Bagian ini mendeskripsikan tentang wilayah tertentu menyangkut wilayah luas maupun wilayah sempit. Bagian ini terdiri atas 3 aspek, yaitu:
a.    Atmosferis yang secara khusus membicarakan tentang iklim.
b.    Litosfer yang secara khusus menelaah permukaan bumi meliputi relief, vegetasi., dan fauna dari berbagai negeri.
c.    Manusia yang membicarakan tentang penduduk, perniagaan, dan pemerintah dari berbagai negeri.
3. Immanuel Kant (1724-1821)
Selain seorang geograf, Kant juga seorang filsuf. Kant tertarik pada geografi karena menurutnya ilmu itu dekat dengan filsafat. Semua gagasan Kant tentang hahikat geografi dapat ditemukan dalam buku Physische Geographie yang ditulisnya. Menurutnya, geografi adalah ilmu yang objek studinya adalah benda-benda, hal-hal, atau gejala-gejala yang tersebar diwilayah-wilayah permukaan bumi.
4. Alexander von Humboldt (1769-1859)
    Pada mulanya Humboldt adalah seorang ahli botani. Ia tertarik geografi ketika ia mulai mempelajari tentang batuan. Ia diakui sebagai peletak dasar geografi fisik modern. Ia menyatakan geografi identik atau serupa dengan geografi fisik. Ia menjelaskan begaimana kaitan bumi dengan matahari dan tingkah laku bumi dalam ruang angkasa, gejala cuaca iklim di dunia, tipe-tipe permukaan bumi dan proses terjadinya, serta hal-hal yang berkaitan dengan hidrosfer dan biosfer.
5. Karl Ritter ( 1779-1859)
    Seperti halnya Humboldt, Ritter juga dianggap sebagai peletak dasar geografi modern. Professor geografi Universitas Berlin ini mengatakan bahwa geografi merupakan suatu telaah tentang bumi sebagai tempat hidup manusia. Hal-hal yang menjadi obyek studi geografi adalah semua fenomena dipermukaan bumi, baik organik maupun an organik yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
6. Friederich Ratzel (1844-1904)
Ratzel adalah guru besar geografi di Leipzig. Ia mengemukakan konsep geografi dalam bukunya yang berjudul Politische Geographi. Konsep itu diberi nama Lebensraum yang artinya wilayah geografis sebagai sarana bagi organisme untuk berkembang. Ia melihat suatu negara cenderung meluaskan Libensraumnya sesuai kekuatan yang ia miliki.
7. Elsworth Huntington (1876-1947)
Huntington adalah geograf asal Amerika Serikat. Melalui bukunya yang berjudul The Pulse of the Earth, ia memaparkan bahwa kelangsungan hidup dan peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh iklim. Atas dasar teorinya itu, Huntington kemudian terkenal sebagai determinis iklim (memandang iklim sebagai penentu kehidupan). Ia mengatakan, geografi sebagai studi tentang fenomena permukaan bumi beserta penduduk yang menghuninya. Ia menjelaskan adanya hubungan timbal balik antara gejala dan sifat-sifat permukaan bumi dengan pendududknya.
8. Paul Vidal de La Blache(1845-1918)
Vidal adalah seorang geograf asal Perancis. Ia adalah pelopor posibilisme dalam geografi. Posibilisme (teori kemungkinan) muncul setelah Vidal melakukan penelitian untuk membuktikan interaksi yang sangat erat antara manusia dan lingkungan pada masyarakat agraris pra modern. Ia menegaskan bahwa lingkungan menawarkan sejumlah kemungkinan (possibilities) kepada manusia untuk hidup dan berkembang .Atas dasar itu, vidal mengemukakan konsepnya yang disebut genre de vie atau mode of live (cara hidup). Dalam konsep ini, geografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaiman proses produksi dilakukan manusia terhadap kemungkinan yang ditawarkan oleh alam.
9. Rhaod Murphy
Dalam bukunya The Scope of Geography  Rhaod Murphy menulis tentang ruang lingkup kajian  geografi, yang terdiri atas tiga hal pokok yaitu:
1.    Persebaran dan keterkaitan (relasi) manusia di bumi serta aspek keruangan dan pemanfaatannya bagi kehidupan manusia.
2.    Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan fisik alam yang merupakan bagian dari kajian keanekaragaman wilayah.
3.    Kajian terhadap region atau wilayah. Kajian terhadap region atau wilayah ini merupakan telaahan yang paling komprehensip dan terpadu antara unsur-unsur wilayah. Oleh karena itu kajian regional merupakan obyek formal geografi.
10. Bintarto
Bintarto adalah guru besar geografi di fakultas geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia mengatakan bahwa geografi pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas tentang kehidupan dari unsur-unsur bumi.
11. Daldjoeni
Nama Daldjoeni dikenal karena buku-bukunya yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan geografi. Menurutnya, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mengajarkan manusia mencakup 3 hal pokok, yaitu spasial (ruang), ekologi, dan region (wilayah). Dalam hal spasial, geografi mempelajari persebaran gejala baik yang alami maupun manusiawi di muka bumi. Kemudian dalam hal ekologi, geografi mempelajari bagaimana manusia harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Adapun dalam hal region, geografi mempelajari wilayah sebagai tempat tinggal manusia berdasarkan kesatuan fisiografisnya.
12. I Made Sandy
Merupakan sal;ah satu tokoh geografi di Indonesia, menyatakan bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi
13. Berdasarkan hasil seminar dan lokakarya para pakar geografi di Semarang,  pengertian dan batasan geografi sebagai berikut. Geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi (gejala geosfer) serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan.

Make a Free Website with Yola.