Seorang ahli filsafat dari Arab Ibnu Khaldun
(1332-1406), menulis buku kesejarahan yang dapat dikatakan sebagai
embrio ilmu kemasyarakatan. Ibnu Khaldun memperhatikan permasalahan
irigasi, kehidupan bangsa nomad, dan aktivitas perdagangan di daerah
gurun. Ibnu Khaldun juga menguraikan penyebab munculnya
kerajaan-kerajaan Islam dan meramalkan ambruknya kerajaan-kerajaan
tersebut. Ibnu Khaldun termasuk ahli geografi yang telah menunjukkan
contoh cara menguraikan pengaruh lingkungan alam terhadap masyarakat
dalam suatu wilayah.
Pandangan Geografi Modern
(abad ke-18)
Pandangan geografi modern pada awalnya
dikemukakan oleh Immanuel Kant (1724-1804). Menurut Kant, geografi
merupakan disiplin ilmiah yang objek studinya adalah benda-benda atau
gejala-gejala yang keberadaannya tersebar dan berasosiasi dalam ruang
(space).
Alexander von Humboldt (1769-1859) lebih berminat pada
kajian fisik dan biologi. Humboldt adalah seorang ahli geografi asal
Jerman yang melakukan perjalanan ke Benua Amerika. Hasil dari
perjalanannya itu adalah sebuah deskripsi tentang hubungan antara
ketinggian tempat dan vegetasi yang mendiaminya. Namun demikian,
Humboldt juga tetap memperhatikan keberadaan manusia, antara lain
perhatiannya tentang kebudayaan penduduk Asia dan kebudayaan penduduk
Amerika.
Karl Ritter (1779-1859) membuat uraian yang sejalan
dengan pemikiran Humboldt, yaitu menjelaskan kegiatan manusia dalam
suatu wilayah. Ritter menganggap permukaan bumi sebagai tempat tinggal
manusia dan menggolongkannya menjadi wilayah alamiah, terutama
berdasarkan bentang alamnya, serta mempelajari unit wilayah tersebut
bagi masyarakat yang akan menempati atau pernah menempati.
Pandangan Geografi Akhir Abad ke-19
Pada
akhir abad ke-19 pandangan geografi dipusatkan terhadap iklim,
tumbuhan, dan hewan (biogeografi) terutama pada bentang alamnya.
Perhatian utama geografi pada masa ini adalah gejala-gejala fisik
sehingga gejala-gejala sosial (manusia) tidak mengalami kemajuan.
Perhatian geografi terhadap manusia pada akhir abad ke-19 tetap becorak
pada pandangan Ritter, yaitu mengkaji hubungan manusia dengan
lingkungannya.
Friedrich Ratzel (1844-1904) mempelajari pengaruh
lingkungan fisik terhadap kehidupan manusia. Menurut Ratzel aktivitas
manusia merupakan faktor penting bagi kehidupan dalam suatu lingkungan.
Ratzel juga beranggapan bahwa faktor manusia dan faktor lingkungan
memiliki kedudukan dan pengaruh yang sama dalam membentuk lingkungan
hidup.
Pandangan Geografi Abad ke-20
Salah
satu ciri pandangan geografi pada abad ke-20 adalah kajiannya yang
bercorak sosial budaya. Pandangan yang bercorak sosial budaya itu
merupakan reaksi atas dominasi geografi alam hingga akhir abad ke-19.
Vidal
de la Blache (1854-1918) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam kajian
geografi harus menyatukan faktor manusia dan faktor fisik karena tujuan
geografi adalah untuk mengetahui adanya interaksi antara manusia dan
lingkungan fisiknya. Oleh karena itu, konsep geografi yang dikemukakan
Vidal de la Blache adalah kewilayahan.
Pandangan Geografi Mutakhir
E. A. Wrigley (1965)
mengemukakan pendapatnya bahwa semua metode analisa dapat digunakan
dalam kajian geografi selama analisa tersebut mampu menyelesaikan
permasalahan yang terjadi. Wrigley juga berpendapat bahwa geografi
adalah disiplin ilmiah yang berorientasi pada masalah (problem oriented)
dalam mengkaji interaksi antara manusia dan lingkungannya.
Pandangan
geografi mutakhir juga ditandai oleh adanya kajian-kajian geografi yang
bersifat tematik dalam suatu wilayah, terutama interaksi antara manusia
dan lingkungannya. Di dalam kajian tersebut telah menggunakan metode
statistik dan pemanfaatan komputer untuk menganalisa dan menyimpan data.
Geografi Ortodoks dan Geografi Terintegrasi
Perbedaan
pandangan terhadap geografi menghasilkan definisi yang berbeda-beda
sehingga tidak dapat diterima oleh setiap orang. Akan tetapi, meskipun
pandangan para ahli berbeda-beda terhadap geografi, mereka mengakui
adanya elemen-elemen yang sama dalam geografi, yaitu sebagai berikut.
Para
ahli geografi mengakui adanya persamaan dengan ahli ilmu pengetahuan
bumi (earth science) yang lain karena wilayah kajiannya sama, yaitu
permukaan bumi dan bukan ruang yang bersifat abstrak. Menurut para ahli
geografi permukaan bumi merupakan lingkungan hidup bagi manusia yang
dapat mempengaruhi kehidupannya dengan mengubah dan membangunnya.
Para
ahli geografi memiliki perhatian sama, yaitu persebaran manusia dalam
ruang dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Para ahli geografi
mengkaji cara tentang pengelolaan wilayah yang tepat untuk dapat
memanfaatkan ruang dan sumber daya. Para ahli geografi
mengakui adanya unsur-unsur yang sama dalam geografi, antara lain jarak,
interaksi, gerakan (mobilitas), dan persebaran.
Adanya
persamaan-persamaan dalam kajian geografi berpengaruh terhadap
perkembangan berbagai topik yang berhubungan dengan geografi. Oleh
karena itu, pada saat ini kajian geografi dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu geografi ortodoks dan geografi terintegrasi.
Geografi
ortodoks adalah geografi yang melakukan kajian terhadap suatu wilayah
(geografi regional) dan analisis terhadap sifat-sifat sistematiknya
(geografi sistematik). Geografi ortodoks dibagi lagi menjadi 5 bagian
sesuai dengan topik-topiknya, yaitu berikut ini.
Geografi
fisik, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap fenomena-fenomena
fisik geosfer dan lingkungannya. Geografi fisik antara lain meliputi
geomorfologi, hidrologi, klimatologi, dan pedologi.
Geografi
manusia, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap aktivitas
manusia, antara lain meliputi geografi penduduk, geografi ekonomi,
geografi perdesaan, dan geografi perkotaan.
Geografi
regional, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap perwilayahan dan
kultural. Geografi perwilayahan antara lain terdiri dari geografi
daerah tropika, geografi daerah arid, dan geografi daerah kutub.
Geografi kultural antara lain terdiri dari geografi Asia Tenggara,
Geografi Amerika Latin, dan geografi Eropa Barat.
Geografi
teknik, yaitu geografi yang melakukan kajian terhadap bidang teknik
dalam geografi, anatara lain terdiri atas kartografi dan pengindraan
jauh.
Geografi filsafat, yaitu geografi yang
melakukan kajian terhadap hakikat, sebab, asal, dan hukum yang berkenaan
dengan bidang geografi, antara lain metodologi geografi dan geografi
sejarah.
Geografi terintegrasi adalah kajian
geografi dengan jalan memadukan antara elemen-elemen geografi sistematik
dan geografi regional sehingga disebut juga geografi terpadu. Oleh
karena itu, di dalam kajiannya geografi terintegrasi menggunakan tiga
analisis, yaitu analisis keruangan, ekologi, dan wilayah.
Sejarah Geografi
Perkembangan Ilmu Geografi diawali oleh Bangsa Yunani yang secara aktif meneliti juga mendokumentasikan informasi dan data kegeografian sebagai sebuah ilmu dan filosofi. Pemikir utama pada awal perkembangan geografi adalah Thales (640– 546 SM) dari Miletus yang banyak melakukan perjalanan menggali informasi geografi, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Herodotus (485–425 SM) dari Messana yang membuat laporan geografi sekitar wilayah Timur Tengah, kemudian Phytheas yang melakukan pengukuran jarak Matahari terhadap Bumi. Perkembangan awal geografi paling fenomenal adalah dengan publikasi dari Eratosthenes (276–194 SM) dalam bukunya Geographica yang menjelaskan bahwa pad dasarnya bumi itu bulat dan Eratosthenes telah mampu menghitung keliling Bumi dengan hanya berselisih kurang dari 1% keliling sebenarnya, yang kemudian diikuti oleh beberapa pemikir - pemikir bangsa Romawi.
Pada abad pertengahan, bangsa Arab banyak memberikan sumbangsih pemikir - pemikirnya dalam mengembangkan ilmu geografi seperti Al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun.
Kemudian pada abad ke-17 hingga abad ke-19 Ilmu geografi semakin menunjukkan sebagai sebuah disiplin ilmu yang utuh dengan menjadi bagian kurikulum yang lengkap di berbagai universitas yang terdapat di Eropa. Pada masa ini para pemikir (ilmuan) yang mengemukakan pendapatnya adalah Bernard Varen (1622-1650) atau yang dikenal dengan Varenius dari Jerman melalui bukunya Geographia Generalis, Immanuel Kant (1724–1821) melalui buku Physische Geographie, Alexander von Humboldt (1769–1859) dikenal sebagai peletak dasar geografi fisik modern, Karl Ritter (1779–1859) dari Universitas Berlin, Friederich Ratzel (1844–1904) dari Leipzig dalam bukunya yang berjudul Politische Geographie mengemukakan konsep Lebensraum, Elsworth Huntington (1876–1947) asal Amerika Serikat mengemukakan konsepnya dalam bukunya The Pulse of The Earth dikenal sebagai determinis iklim, Paul Vidal de la Blache (1845–1918) asal Prancis merupakan pelopor posibilisme dalam geografi dengan konsepnya genre de vie, Halford Mackinder (1861–1947) dari Universitas Oxford mengemukakan makalahnya yang berjudul The Scope and Methods of Geography yang berisi konsep man-land relation.
Ilmu Geografi selama abad ke-20 di Barat melewati empat fase utama :
- Determinisme lingkungan
- Teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington.
- Geografi regional.
- Memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region yang diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
- Revolusi kuantitatif
- usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains dengan mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis.
- Geografi kritis
- Muncul sebagai kritik atas positifisme dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi. Beberapa ahli yang beraliran ini diantaranya Yi-Fu Tuan, Karl Marx dengan pengikutnya David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis.
Perkembangan Ilmu Geografi
Geografi di zaman Yunani
Zaman ini merupakan zaman awal perkembangan ilmu geografi. Ilmu geografi
ini timbul karena usaha untuk mengetahui dari mana atau asal usul dari
negeri serta penduduk yang hidup pada zaman tersebut. Ilmu sejarah yang
mempunyai seorang tokoh bernama Herodotus sebagai bapak sejarah,
mengungkapkan bagaimana seluk beluk keadaan suatu tempat atau topografi
serta menerangkan sebab terjadinya. Itulah mengapa Herodotus juga
disebut sebagai bapak geografi. Dalam hal ini Herodotus membahas tentang
lembah sungai Nil dengan tanahnya yang subur terutama pada daerah delta
sungai Nil.
Eratosthenes (176-194 SM) memastikan bahwa bumi berbentuk seperti bola
dengan ukuran-ukurannya secara detail. Setelah itu dibentuk susunan
garis lintang serta garis bujur bola bumi untuk menentukan letak suatu
lautan, negeri, serta tempat lain meskipun masih dalam model yang
sederhana sehingga lahirlah peta. Dengan adanya perubahan pola cuaca dan
perbedaan iklim maka disusun sistem permusiman berdasarkan garis
lintang serta garis bujur tersebut iklim digolongkan menjadi beberapa
macam.
Geografi di zaman Romawi
Perkembangan ilmu geografi yang diwariskan dari zaman Yunani ini
melahirkan geografi kuno yang dipelopori oleh Strabo (64 SM – 20M) yang
menulis buku Geographia. Buku tersebut berisi tentang uraian tentang
dunia beserta isinya.
Tokoh lain yang berperan pada zaman ini adalah Ptolomeus yang membahas
tentang aspek matematis dalam geografi dan kemudian menerapkannya pada
peta dan lokasinya. Posidonius kemudian berusaha lebih teliti dari
Eratothenes dalam menentukan keliling bumi yang akhirnya diperoleh
ukurannya hanya berselisih 7000 mil dari ukuran sekarang.
Geografi abad pertengahan
Di belahan bumi Eropa pada masa ini mengalami masa gelap perkembangan
ilmu geografi hal ini disebabkan karena gambaran dunia yang berasal dari
masa Yunani yang mayoritas kafir tidak sejalan dengan apa yang ada
dalam Al Kitab sebagai kitab suci agama Kristen yang banyak dianut oleh
bangsa-bangsa di Eropa. Pandangan yang berkembang menganggap bahwa bumi
tidaklah bulat, namun berbentuk datar menyerupai cakram sehingga peta
dirubah dengan kota Yerusalem sebagai pusatnya.
Dilain pihak warisan terhadap pandangan geografi dari zaman Yunani kuno
dikembangkan oleh berbagai universitas Islam dari Persia hingga Spanyol.
Peta bumi dilengkapi dengan hasil kunjungan para pelancong dan saudagar
yang menjelajah.
Ahli geografi Arab yaitu Al Idrisi (1099 – 1166) menyempurnakan
pembagian daerah iklim bumi konsep Yunani. Tokoh lain yang berperan
yaitu Ibnu Batuta (1304 – 1348). Seorang filsuf Arab yaitu Ibnu Khaldun
(1332 – 1406) dengan buku geografi kesejarahannya dapat dipandang
sebagai cikal bakal ilmu pengetahuan kemasyarakatan.
Pada zaman Renaisance buku Geographia karangan Ptolomeus mendorong
bangsa Portugis dan Spanyol menjelajah karena buku tersebut telah
diterjemahkan dalam bahsa Latin. Kemudian disempurnakan peta sebelumnya
dengan penemuan benua Amerika oleh Colombus.
Pada Abad 17 dikenal tokoh Varenius yang membagi geografi menjadi 2
bagian yaitu:
1. Geografi umum yang mencakup:
a. Terestrial yaitu pengetahuan tentang bumi beserta keseluruhannya,
b. Falakiah berupa hubungan dengan bintang-bintang sehingga muncul
kosmografi,
c. Komparatif menjelaskan secara detail tentang bumi.
2. Geografi khusus meliputi:
a. Aspek langit, khususnya membahas iklim,
b. Aspek litosfer, meliputi segala yang ada di permukaan bumi,
c. Aspek manusia yang membicarakan tentang penduduk, perniagaan serta
pemerintahan di berbagai negeri.
Cluverius, tokoh dari Jermandalam karyanya menerangkan tentang peralihan
geografi zaman pertengahan hingga zaman modern yang merupakan pengantar
dari geografi umum. Dalam bukunya dijelaskan tentang deskripsi sebagian
negara-negara didunia.
Geografi modern
Geografi mulai diberi dasar filsafat yang dilakukan oleh tokoh dari
Jerman yaitu Imanuel Kant. Menurutnya ilmu pengetahuan digolongkan
menjadi 3, antara lain:
1. Ilmu sistematis, dengan objek studinya yaitu sesuatu yang nyata ada,
misal: botani mempelajari tumbuhan, geologi mempelajari kulit bumi,
sosiologi mempelajari kemasyarakatan.
2. Ilmu historis, dengan onjek kajian berupa fakta-fakta yang ada
kaitannya dengan waktu, misal: sejarah, pra sejarah.
3. Ilmu Geografis, dengan objek kajian benda-benda, hal-hal, serta
gejala-gejala yang tersebar dalam konteks spasial atau keruangan, misal:
geografi dan kosmografi
Imanuel Kant menguraikan aspek geografi menjadi 5:
1. Matematis, menelaah bentuk, ukuran sarta perputaran bumi dan posisi
terhadap matahari.
2. Moral, menelaah berbagai adat kebiasaan serta perwatakan manusia yang
berbeda di setiap negeri.
3. Politik, menelaah relasi antar unit-unit politis latar belakang alam
masing-masing
4. Perniagaan, menelaah adanya potensi niaga khusus pada suatu negeri
hingga terlibat dalam perniagaan dunia.
5. Teologis, menelaah bagaimana latar belakang alam menjadikan
bentuk-bentuk ibadat lahiriah yang berlainan di berbagai negeri.
Penjelajahan dunia juga dilakukan oleh Alexander Von Humboldt yang juga
seorang ahli kosmografi. Humboldt menggolongkan ilmu menjadi 3 yaitu
1. fisiografi (ilmu alam dan sistematis)
2. natural (sejarah alam dalam waktu)
3. geografi (uraian bumi dengan persebaran spasial).
Carl Ritter memberikan deskripsi tentang geografi regional yang membagi
dunia atas wilayah-wilayah yang biasanya didasarkan atas morfologinya.
Setiap wilayah akan mempunyai ciri dan karakter tersendiri yang
membedakan dengan wilayah lain. Pandangannya menunjukkan bahwa pada
suatu unit wilayah yang berisi unsur-unsur, akan berinterelasi antar
unsur secara kompleks.
Zaman pengagungan alam
Pada abad ke-19 di Amerika Serikat timbul dorongan untuk mengenal
lingkungan sekitar dengan tokohnya yaitu Mayor Powell serta Marsh.
Pemikirannya lebih diarahkan kepada pemanfaatan sumber daya yang baik
serta pengawetannya. Mereka melanjutkan pemikiran dari Humboldt dan
Ritter bagaimana kondisi alam luar mempengaruhi kemajuan serta kehidupan
sosial manusia.
Setelah Humboldt dan Ritter meninggal pada tahun 1859, muncul buku dari
Darwin “On The Origin of Species” yang mempengaruhi pandangan ahli
kembali pada konsep lama geografi, maka timbul hubungan kegiatan ekonomi
dan budaya dengan lingkungan alam. Friedrich Ratzel melalui buku
Antrhropogeographie menjelaskan bahwa adanya pengaruh lingkungan fisis
terhadap kehidupan manusia yang sesuai dengan faham adaptasi manusia dan
evolusi menurut Darwin. Dalam bukunya diuraikan tentang bagaiman
kondisi penduduk beserta persebarannya dan hal yang mempengaruhi.
Dijelaskan pula adanya gejala interelasi antara gejala di bumi.
Ritter dengan Ratzel menandang geografi sosial secara sistematis bukan
secara regional serta bertolak pikir terhadap paham Darwin. Namun antar
keduanya memiliki perbedaan , jika Ritter berkesimpulan bahwa hubungan
timbal serta balik manusia dengan alam adalah sejalan sesuai dengan
kehendak Pencipta, namun Ratzel memandang keberadaan manusia adalah
sebagai hasil bentukan lingkungan yang berasal dari berbagai kekuatan
alam yang ada dengan adaptasinya yang tepat.
Paham determinisme yang diajarkan oleh Ratzel terbawa dan diteruskan di
Amerika Serikat oleh anak didik Ratzel, E.C. Semple. Pengaruhnya tampak
pada muculnya Davis, Ellsworth Huntington, dan Griffith Taylor pada awal
abad ke-20. pengaruh determinisme alam tampak jelas tertuang dalam
buku-buku geografi sebagai buku ajar. Dalam kurun waktu 1903 – 1930
geografi terbagi menjadi geografi fisis dan geografi manusia yang
mengindikasikan adanya hubungan manusia dengan alam bahwa manusia dan
perilakunya merupakan produk dari pengaruh-pengaruh lingkungan alam dan
mengesampingkan faktor serta pengaruh lain.
Lain cerita di Jerman, tahun 1883 paham natur-determinisme ditinggalkan
karena geografiharusnya menjadi ilmu yang khorologis sebagai uraian dari
suatu lokasi yang berperan memberi pengertian interelasi antara alam
dan manusia yang mampu menunjukkan karakter suatu lokasi. Pernyataan
tersebut dikemukakan oleh Von Richthofen yang kemudian dilanjutkan
usahanya oleh muridnya Hettner yang mengarahkan studinya terhadap seluk
beluk wilayah.menurut Hettner, geografi bukanlah ilmu yang umumtentang
bumi , melainkan ilmu yang khorologis menyangkut tentang permukaan bumi
terutama membahas gejala alam dengan manusia selain menilai hubungan
keruangan. Tujuan utama geografi adalah menelaah wilayah untuk
diterangkan secara analisis dan sintesis.
Tata kerja Hettner ini kemudian banyak dicontoh oleh para ahli geografi
modern tentang deskripsi dan penjelasannya. Hal yang kurang berupa
perencanaan telaah geografis.
Geografi pada abad ke-20
Dari dahulu geografi selalu berpusat pada manusia. Perkembangan ilmu
geografi pada abad ke-20 pendekatannya lebih pada corak sosial dan
budaya. Sebutan antropogeografi pada abad ke-19 adalah sebagai penguat
bahwa geografi bukan hanya pada lingkungan alamnya saja. Kini pandangan
tersebut berubah dengan bahasan topik pada geografi misalnya iklim atau
relief akan berhubungan dengan kehidupan manusia sehingga tepat jika
bumi dikatakan sebagai tempat tinggal manusia.
Ahli geografi Perancis Vidal De La Blache mengoreksi determinisme
lingkungan dari Ratzel yang sedang berkembang. Menurutnya, bumi tidak
menentukan perilaku manusia, bumi hanya menyediakan berbagai
kemungkinannya, perilaku manusia ditentukan dari pilhan manusia itu
sendiri. Ia menunjukkan dengan jelas bahwa manusia memiliki
keterbatasan. Pilihan manusia dalam memanfaatkan lingkungan masih
tergantung dari sistem nilai masyarakatnya maupun budayanya. Dengan kata
lain pemanfaatan terhadap ketersediaan alam berlainan antar tempat satu
dengan lainnya.
Di Rusia Melezin mendefinisikan geografi kependudukan sebagai suatu
telaah atas sebaran penduduk dan relasi produktif yang terdapat di dalam
berbagai kelompok penduduk, jaringan pemukiman dan fungsinya,
manfaatnya sertaketepatgunaannya bagi tujuan-tujuan yang produktif dari
masyarakat. Kemudian Pokshishevskii menjelaskan definisi dari Melezin
dengan 4 pernyataannya yaitu:
1. Tipe ekonomi menentukan watak dan bentuk suatu pemukiman.
2. Sebaran dan organisasi teritorial dari produk menentukan segala
pernyataan dari kondisi alam dan pengaruhnya atas bentuk-bentuk
permukiman.
3. Adaptabilitas para migran terhadap suatu lingkungan geografis yang
baru, dipengaruhi oleh kebiasaan tata kerja dan keterampilan yang telah
mereka miliki sebelumnya.
4. Situasi ekonomi geografis dari kota-kota mempengaruhi tipe,
fungsi-fungsi serta pemusatannya.
Geografi budaya mencakup topik-topik seperti bentuk pemukiman, tipe
rumah, sebaran agama, bahasa, teknologi, ternak, tanaman, serta budaya
lain. Carl Sauer tokoh dari Amerika Serikat merupakan pelopor serta
peletak dasar bagi geografi budaya.
Geografi budaya pada dasarnya mempelajari tentang aspek material dari
budaya itu sendiri yang memberikan corak khas terhadap suatu region atau
wilayah tertentu, terutama pada kenampakan alam atau landscape. Namun
kenampakan alam ini bukan hanya memberi corak khas terhadapfaktor budaya
saja, namun terdapat pula kekhasan dalam beberapa faktor seperti sosial
ekonomi.
Geografi agama dikembangkan oleh beberapa tokoh antara lain Jongeneel,
P. Deffontaines, dan D.E. Sopher. Geografi agama bukan hanya menelaah
pengaruh ruang atas agama dan gejala keagamaan namun juga sebaliknya
yakni pengaruh agama dan gejala keagamaan atas keruangan. Relasi antara
agama dan tata ruang sebenarnya sudah diketahui sejak zaman kuno, salah
satu tokohnya yaitu Hippocrates namun baru mulai populer di zaman filsuf
pencerahan salah satunya oleh Montesquieu di Prancis. Montesquieu
mengungkapkan bahwa agama monotheisme seprti Yahudi, Kristen, dan Islam
lahir di tepi-tepi gurun pasir dengan bentang alam yang monoton
diungkapkanpula bahwa hampir semua agama besar muncul di wilayah
permukaan bumi yang diapit 25 dan 35 derajat Lintang Utara.
Deffontaines membicarakan geografi agama dalam 5 pokok:
1. Agama dan geografi sebagai tempat kediaman baik bagi orang yang masih
hidup maupun bagi yang sudah mati serta bagi dewa-dewa.
2. Agama dan penduduk; pengaruh agama atas daerah dan sejarah penduduk;
agama dan macam-macam penduduk; agama dan kota-kota; agama dan
demografi.
3. Agama dan eksploitasi; agama dan pertanian; agama dan peternakan;
agama dan industri; agama dan potensi geografis daerah.
4. Agama dan lalu lintas; pengungsian para penganut agama;kegiatan
ziarah; perdagangan dan pertukaran barang atas latar belakang agama;
jalan sebagai alat transportasi.
5. Agama dan jenis kehidupan; kalender agama; tata kerja pemimpin agama;
pekerjaan sehri-hari; kebiasaan.
Dalam geografi ekonomi tokoh yang berperan antara lai H. Robinson dengan
bukunya Economic Geography (1979) membahas geografi ekonomi dengan
pokok cakupannya yaitu bentuk perjuangan untuk hidup manusia dalam
memenuhi kebutuhan materiilnya dengan berbagai masalahnya yang terjadi
di dalam kerangka interaksi keruangan. Geografi ekonomi membicarakan
tentang ekplorasi sumberdaya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari
komoditi, transportasi, distribusi, dan konsumsi. Sehingga Robinson
telah mengaitkannya dengan geografi modern dengan tepat. Definisi dari
geografi modern itu sendiri berupa pengetahuan eksak dan sistematis
tentang persebaran serta penataan gejala di permukaan bumi. Geografi
modern sangat diperlukan bagi perkembangan ekonomi yang efektif serta
pengertiannya terhadap hubungan internasional.
Geografi Mutakhir
Roger Minshull akhir-akhir ini membahas perubahan geografi dan mencatat 3
gejala:
1. Jenis bidang khusus yang dipelajari bertambah.
2. Penyelesaian masalah ditekankan pada kausalitas dan hubungan.
3. Penelaahan fenomena diutamakan dimana fenomena tersebut terdapat.
Minshull mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari tentang:
1. bentang alam
2. tempat
3. ruang
4. pengaruh alam atas manusia
5. kovariasi pola wilayah
6. lokasi, sebaran ,ketergantungan
7. kombinasi gejala dipermukaan bumi
8. sistem alam-manusia
9. sistem manusia-alam
10. relasi dan reprositas
11. ekologi manusia
12. perbedaan wilayah dan antar hubungan gejala
Ditemukan pula tujuan studi geografi, yaitu:
1. penguraian wilayah yang berlainan
2. pemahaman atas pengaruh lingkungan alam atas manusia
3. perencanaan sosial ekonomi
4. pemahaman atas gejala-gejala kombinasinya
5. pemahaman atas persebaran dalam ruang
6. pembuatan hukum tentang perilaku dalam ruang
7. penyusunan model yang melukiskan susunan dalam ruang
Perbedaan geografi lama dengan yang baru adalah geografi lama merupakan
ilmu yang bersifat retrospektif yang berorientasi pada masa lampau dari
tata kerja serba ideografis. Sedangkan geografi yang kita kenal adalah
ilmu yang bersifat prospektif, nomotetis yang mampu menemukan
hukum-hukum dari fenomena-fenomena yang dikaji. Dengan demikian geografi
mampu meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA:
Daldjoeni, N. 1982. Pengantar Geografi. Alumni:Bandung
www.geografiana.com
www.wikipedia.org
Pengertian, Prinsip, Pendekatan, Konsep , dan Aspek Geografi
Manusia
sejak lahir sampai akhir hayatnya tidak dapat melepaskan diri dari
pengaruh alam lingkungannya. Mulai dari bahan makanan sampai tempat
berlindung dari pengaruh cuaca, semuanya diperoleh dari alam. Kondisi
alam yang penuh rintangan semakin mendorong manusia untuk mengenal alam
secara mendalam. Sebagian hanya menyesuaikan diri dengan alam, sebagian
yang lain berusaha mengatasinya dengan mempelajari alam dengan baik dan
menggunakan teknologi yang dibuat manusia. Inilah awal lahirnya studi
geografi
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, pengenalan
manusia terhadap alam tidak terbatas pada kondisi alam yang ada di
wilayahnya sendiri, tetapi juga sampai ketempat yang lebih jauh sesuai
dengan kemampuannya. Dalam setiap perjalanannya mereka memperoleh
pengetahuan tentang kehidupan manusia diberbagai kondisi alam dan
lingkungannya. Kegiatan manusia banyak berhubungan dengan lingkungan
alam. Hubungan ini terjadi karena adanya keinginan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia tidak selalu dapat
dipenuhi di daerahnya sendiri, sehingga harus berinteraksi dengan daerah
lain. Hasil dari perjalanan manusia dituangkan dalam cerita yang
berbentuk tulisan dan gambar. Sajian cerita perjalanan tersebut
merupakan awal dari adanya cerita yang bersifat geografi.
Pengetahuan tentang geografi sudah lama dikenal manusia sejalan dengan
peradaban manusia. Peradaban manusia berkembang karena manusia pandai
memanfaatkan potensi lingkungan alam yang ada. Meskipun kadang alam
membatasi manusia dalam berusaha. Interaksi manusia dengan lingkungan
alam merupakan bagian penting yang dikaji dalam geografi.
Pengertian
Geo
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani, GEO yang berarti
bumi dan GRAPHEIN yang berarti tulisan. Jadi secara harfiah GEOGRAFI
berari tulisan atau gambaran tentang bumi. GEOGRAFI sering disebut juga
ilmu bumi.
Ternyata hal-hal yang dipelajari oleh geografi bukan
hanya mengenai permukaan bumi saja, melainkan juga berbagai hal yang ada
di dalam bumi, diluar bumi dan bahkan benda-benda luar angkasapun turut
menjadi obyek kajian geografi. Dengan demikian definisi yang sangat
singkat di atas perlu diperluas dan dilengkapi sehingga mencakup semua
hal yang dikaji dalam studi geografi.
Para ahli mencoba untuk
mendevinisikan geografi, diantaranya :
1.
Eratosthenes(276-194 SM)
Eratosthenes adalah seorang
ilmuwan Yunani yang memperkenalkan pengertian geografi dalam bukunya
yang berjudul”Geographica”. Dalam bukunya ia menulis tentang gambaran
permukaan bumi, sejarah, dan konsep utama geografi. Ia berpendapat bahwa
bumi bebentuk bulat. Dan juga telah melakukan perhitungan keliling bumi
yang hanya selisih kurang dari 1% keliling sebenarnya. Keliling bumi
sebenarnya adalah 24.875 mil, sedangkan hasil perhitungan Eratosthenes
adalah 24.650 mil.
2. Bernand Varen (1622-1650)
Bernand Varen atau
lebih dikenal dengan Varenius adalah seorang geograf asal Jerman. dia
seorang lulusan Ilmu kedokteran Universitas Leiden., Belanda. Dalam
bukunya,”Geographia Generalis”, ia mengatakan bahwa geografi adalah
campuran dari matematika yang membahas kondisi bumi beserta bagian-
bagiannya juga tentang benda-benda langit lainnya.
Dalam buku itu
Varenius membagi geografi menjadi dua yaitu:
1. Geografi Umum
Bagian
ini membahas karateristik bumi secara umum, tidak tergantung oleh
keadaan suatu wilayah. Menurut gagasan Varenius, geografi umum mencakup 3
bagian, yaitu:
a. Terestrial, merupakan pengetahuan tentang
bumi secara keseluruhan, bentuk dan ukuranya.
b. Astronomis,
membicarakan hubungan bumi dengan bintang-bintang yang merupakan cikal
bakal ilmu kosmografi.
c. Komparatif, menyajikan deskripsi
lengkap mengenai bumi, letak, dan tempat-tempat di permukaan bumi.
2.
Geografi khusus
Bagian ini mendeskripsikan tentang wilayah tertentu
menyangkut wilayah luas maupun wilayah sempit. Bagian ini terdiri atas 3
aspek, yaitu:
a. Atmosferis yang secara khusus membicarakan
tentang iklim.
b. Litosfer yang secara khusus menelaah permukaan
bumi meliputi relief, vegetasi., dan fauna dari berbagai negeri.
c.
Manusia yang membicarakan tentang penduduk, perniagaan, dan pemerintah
dari berbagai negeri.
3. Immanuel Kant (1724-1821)
Selain seorang
geograf, Kant juga seorang filsuf. Kant tertarik pada geografi karena
menurutnya ilmu itu dekat dengan filsafat. Semua gagasan Kant tentang
hahikat geografi dapat ditemukan dalam buku Physische Geographie yang
ditulisnya. Menurutnya, geografi adalah ilmu yang objek studinya adalah
benda-benda, hal-hal, atau gejala-gejala yang tersebar diwilayah-wilayah
permukaan bumi.
4. Alexander von Humboldt (1769-1859)
Pada
mulanya Humboldt adalah seorang ahli botani. Ia tertarik geografi ketika
ia mulai mempelajari tentang batuan. Ia diakui sebagai peletak dasar
geografi fisik modern. Ia menyatakan geografi identik atau serupa dengan
geografi fisik. Ia menjelaskan begaimana kaitan bumi dengan matahari
dan tingkah laku bumi dalam ruang angkasa, gejala cuaca iklim di dunia,
tipe-tipe permukaan bumi dan proses terjadinya, serta hal-hal yang
berkaitan dengan hidrosfer dan biosfer.
5. Karl Ritter ( 1779-1859)
Seperti halnya Humboldt, Ritter juga dianggap sebagai peletak dasar
geografi modern. Professor geografi Universitas Berlin ini mengatakan
bahwa geografi merupakan suatu telaah tentang bumi sebagai tempat hidup
manusia. Hal-hal yang menjadi obyek studi geografi adalah semua fenomena
dipermukaan bumi, baik organik maupun an organik yang berkaitan dengan
kehidupan manusia.
6. Friederich Ratzel (1844-1904)
Ratzel adalah
guru besar geografi di Leipzig. Ia mengemukakan konsep geografi dalam
bukunya yang berjudul Politische Geographi. Konsep itu diberi nama
Lebensraum yang artinya wilayah geografis sebagai sarana bagi organisme
untuk berkembang. Ia melihat suatu negara cenderung meluaskan
Libensraumnya sesuai kekuatan yang ia miliki.
7. Elsworth Huntington
(1876-1947)
Huntington adalah geograf asal Amerika Serikat. Melalui
bukunya yang berjudul The Pulse of the Earth, ia memaparkan bahwa
kelangsungan hidup dan peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh iklim.
Atas dasar teorinya itu, Huntington kemudian terkenal sebagai determinis
iklim (memandang iklim sebagai penentu kehidupan). Ia mengatakan,
geografi sebagai studi tentang fenomena permukaan bumi beserta penduduk
yang menghuninya. Ia menjelaskan adanya hubungan timbal balik antara
gejala dan sifat-sifat permukaan bumi dengan pendududknya.
8. Paul
Vidal de La Blache(1845-1918)
Vidal adalah seorang geograf asal
Perancis. Ia adalah pelopor posibilisme dalam geografi. Posibilisme
(teori kemungkinan) muncul setelah Vidal melakukan penelitian untuk
membuktikan interaksi yang sangat erat antara manusia dan lingkungan
pada masyarakat agraris pra modern. Ia menegaskan bahwa lingkungan
menawarkan sejumlah kemungkinan (possibilities) kepada manusia untuk
hidup dan berkembang .Atas dasar itu, vidal mengemukakan konsepnya yang
disebut genre de vie atau mode of live (cara hidup). Dalam konsep ini,
geografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaiman proses
produksi dilakukan manusia terhadap kemungkinan yang ditawarkan oleh
alam.
9. Rhaod Murphy
Dalam bukunya The Scope of Geography Rhaod
Murphy menulis tentang ruang lingkup kajian geografi, yang terdiri
atas tiga hal pokok yaitu:
1. Persebaran dan keterkaitan (relasi)
manusia di bumi serta aspek keruangan dan pemanfaatannya bagi kehidupan
manusia.
2. Hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan
fisik alam yang merupakan bagian dari kajian keanekaragaman wilayah.
3.
Kajian terhadap region atau wilayah. Kajian terhadap region atau
wilayah ini merupakan telaahan yang paling komprehensip dan terpadu
antara unsur-unsur wilayah. Oleh karena itu kajian regional merupakan
obyek formal geografi.
10. Bintarto
Bintarto adalah guru besar
geografi di fakultas geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia
mengatakan bahwa geografi pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan yang
mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala
alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas tentang kehidupan
dari unsur-unsur bumi.
11. Daldjoeni
Nama Daldjoeni dikenal karena
buku-bukunya yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan geografi.
Menurutnya, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mengajarkan manusia
mencakup 3 hal pokok, yaitu spasial (ruang), ekologi, dan region
(wilayah). Dalam hal spasial, geografi mempelajari persebaran gejala
baik yang alami maupun manusiawi di muka bumi. Kemudian dalam hal
ekologi, geografi mempelajari bagaimana manusia harus mampu beradaptasi
dengan lingkungannya. Adapun dalam hal region, geografi mempelajari
wilayah sebagai tempat tinggal manusia berdasarkan kesatuan
fisiografisnya.
12. I Made Sandy
Merupakan sal;ah satu tokoh
geografi di Indonesia, menyatakan bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan
yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan
yang ada dalam ruang muka bumi
13. Berdasarkan hasil seminar dan
lokakarya para pakar geografi di Semarang, pengertian dan batasan
geografi sebagai berikut. Geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan
dan perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka bumi (gejala geosfer)
serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya dalam konteks
keruangan dan kewilayahan.